FILSAFAT EKSISTENSI TUHAN
Sebenarnya
kehidupan sehari-hari sering kita mengalami rasa keragu-raguan akan sesuatu itu
seperti halnya cerita lalu yang saya alami,
tepat saat saya pulang dari kuliah saat itu terasa lapar yang dibenak minds
saya adalah pedasss lalu saya teringat ituloo,,,!! ahayy,, yang pedas rujak ala
ampera, tempatnya tepat dipinggir kost,an saya,.! Akupun langsung bergegas tuk
membelinya tuk melepaskan rasa lapar,, rujak yang rasanya enak pedas campur
manis, saya merasa ragu akan rasa, campur aduk penasaran sebenarnya apasih
resep dan bumbunya sehingga menjadi beda dengan rujak lainnya,,! Apa jangan-jangan
rujaknya ditabur zat kimia pemanis..?? waktu berlangsung 15 menit lamanya saya bertanya-tanya gimanasih bang resep bumbunya
kok rasanya ahem ahem.. !!! saya berkomat kamit dengan pembelinya, eh ternyata
bumbunya terbuat dari kacang tanah, campur cabai dan gula jawa..!!! begitu.
Memang
Kita sering tak sadar bahwa kehidupan kita juga sering mengalami namanya
kerguan dalam bahasa kerennya berfilsafat,,!! Iya filsafat, karena lahirnya
sebuah pemikir filsafat karena rasa keraguan akan segala sesuatu apakah benar
atas adanya benda itu,,!!semisal apakah benar toh rujak itu enak, apakah benar
bahannya dari cabai,,!! Pada dasarnya tugas dan prinsip dari berfilsafat mempertanyakan
tiga hal ( ontologi, epismologi dan aksiologi ). Kalau begitu caranya
berfilsafat itu benar, bahwa kita sering
melakukan berfilsafat donk heheee, lalu
bagaimana kebenaranya filsafat perspektif islam ?
Laun
lamanya kurang lebih abad ketujuh beberapa pelopor pemikir filsafat yunani akan
hukum alam yang terasa tak asing ditelinga kita, yang paling tenar seperti
halnya plato muncul ketika ia memikirkan, berdiskusi akan keadaan alam, dunia
dan keadaan lingkungan sekitar, yang saat ini tepat berada israel atau mesir,
muncul pula filsafat yunani terkait pandangannya terhadap hukum alam (Thomas) ,,
artinya dalam konstruksi pemikiran thomas, jalan rasio kita dengan berjalannya
hukum kita searah sebanding dengan jalannya alam, karena thomas sendiri
terkenal pemikirannya terhadap hukum alam yang irrasional artinya hukum alam
berjalan yang diiringi jalan hukum kita, dan kebenaran atas hukum alam berkehendak
atas kehendak tuhan, jadi kebenaran hukum alam bahwasannya sandaran dari hukum
tuhan. Ada juga konstruksi hukum alam dalam berfikirnya secara rasional artinya
jika dikatakan sebuah kebenaran, jika kebenaran tersebut berdasarkan jalan
pikiran yang dapatt ditangkap secara rasio.
Jika
kita berfikir filsafat yunani tersebut kita sangkut pautkan pada nilai-nilai
ketuhanan ( dalam perspektif islam) apakah tuhan yang ada didalam benak
keyakinan sebagai umat islam, muncullah pertanyaan yang menggelitik, dapatkah
tuhan kita (allah) “dapat kita konkretkan wujud tuhan, seperti halnya pemikir
yunani tersebut” ?
Sejak
80an tahun lamanya orang barat pernah bereksperiman terkait dengan adanya tuhan
dalam konteks dengan islam, yang sebagian besar masyarakat dunia mempercayai
akan adanya “allah” jika ditanya dimanakah tuhan berada maka jawabnya tuhan “allah”
adanya diatas, (diatas langit masih ada langit). orang barat tersebut
bereksperimen dengan alat canggihnya ia membuktikan dengan mengkonkritkan
bentuk tuhan yang diyakini oleh ummat islam, lalu ia pergi kebulan beberapa waktu
lamanya ternyata yang ia temui hanya bentuk yang kasar (seperti gunung yang tak
serupa apa yang dibayangkan), dan ternyata pembuktian tersebut tak berhasil
lalu diimanakah konkretnya tuhan berada ??? kok sebagian besar muslim itu
mempercayai adanya tuhan “allah” hayoo gimana....!! hee,,
Perlu
kita pegang dulu pemikiran berfilsafat konteks islam, yang dasarnya beda pada
filsafat yunani, karena yang menjadi karakter filsafat islam yang sifatnya
(dinamis, spekulatif, dan relatif ) nah... jika kontruktif berfikir kita pada
filsafat tiga hal tersebut kita tak terjebak pada pertanyaan tersebut sebab ketiganya
hanya mendekat kebenaran mutlak, sedangkan dalam perspektif manusia didunia
kebenaran mutlak tak pernah didapatkan, yang ada hanyalah kenisbian semata,.
Dan
pada dasarnya dalam ruang lingkup manusia, kita dibatasi dengan ruang dan waktu
sehingga kita mempertanyakan kembali pada pertanyaan diatas apakah tuhan dalam
perspektif islam allah sebagai tuhan kita terbatas pada ruang dan waktu..?
TIDAK,.,!!! karena tuhan sebagai yang pertama dan yang menciptakan atas
kekuasaan..! maka dengan kekuasaanya lewat tanda tandanya, alam semua isin
jagad raya itu bagian dari tanda adanya tuhan “allah” kita dapat memahami,
menangkap dan mengenal tuhan secara
rasio atas adanya tuhan, tuhan ada, adanya diatas ada,. Logika berfikir kita
mengapa alam ini bis berjalan secara teratur, maka yang mengarahkan akan alamni
adalah sesuatu yang lebih kuasa “allah”. ( dia-lah allah, yang menjadikan
segala yang ada dibumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit dan
dia mengetahui akan segala sesuatu “al-baqoroh 29” ), jikia dianalogikan
kasarnya maka yang lebih kuasa kita “allah” memberikan tanda kekuasanya lewat
alam dan lebih konkretnya itu disampaikan pada kekasih tuhan (nabi muhammad).
Pada
penjelasan diatas juga menimbulkan pertanyaan bagimana realitas kehidupan bermasyarakat, tuhan dapat
hadir pada diri kita sebagai ummat islam ? logika sederhana kita sebagai umat
islam tuhan itu ada, yaa ada..!!! jika dianalogikan lebih sederhana tukang
cukur disekitar kita, lalu disekitar kita pula kok masih ada pula yang rambutnya
gondrong, apakah tidak ada tukang cukur, reaitasnya juga ada tukang cukur, namun
terkait dengan diri sesorang apakah datanga ataukah tidak,.! Lebih koakretnhya
kehadiran tuhan relistis ada, ketika adzan berkumandang, maka para umat islam
yangg beriman pasti pulalah menyeru kepadanya, sebabagai realitas adanya tuhan “allah”..!!!
Jika
kita menganut pada para pemikir barat yang mengesampingkan agama dan lebih
memprioritaskan akal dibanding agama (sekuler), dan ketika mengkaji filsafat
akan sesuatu hal yang semata dengan indikator metode empiris maka hasilnya
hanyalah konkret, didepan mata pula. Seperti halnya descartes
mengatakan dalam filsafat antara agama dan filsafat hanya sebuah pertentangan
yang tak pernah bisa bersatu (kutipan buku filsafat ilmu), dengan pemikirannya
seseorang dapat terjerumus pada ketiadaan percaya akan tuhan alias atheis. Karena
yang membedakan antara filsafat barat dengan islam hanyalah agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar