Sabtu, 22 Oktober 2016

EKSISTENSI TUHAN oleh: MUHAMMAD IRWANSYAH

FILSAFAT EKSISTENSI TUHAN

Sebenarnya kehidupan sehari-hari sering kita mengalami rasa keragu-raguan akan sesuatu itu seperti halnya  cerita lalu yang saya alami, tepat saat saya pulang dari kuliah saat itu terasa lapar yang dibenak minds saya adalah pedasss lalu saya teringat ituloo,,,!! ahayy,, yang pedas rujak ala ampera, tempatnya tepat dipinggir kost,an saya,.! Akupun langsung bergegas tuk membelinya tuk melepaskan rasa lapar,, rujak yang rasanya enak pedas campur manis, saya merasa ragu akan rasa, campur aduk penasaran sebenarnya apasih resep dan bumbunya sehingga menjadi beda dengan rujak lainnya,,! Apa jangan-jangan rujaknya ditabur zat kimia pemanis..?? waktu berlangsung 15 menit lamanya saya  bertanya-tanya gimanasih bang resep bumbunya kok rasanya ahem ahem.. !!! saya berkomat kamit dengan pembelinya, eh ternyata bumbunya terbuat dari kacang tanah, campur cabai dan gula jawa..!!!  begitu.

Memang Kita sering tak sadar bahwa kehidupan kita juga sering mengalami namanya kerguan dalam bahasa kerennya berfilsafat,,!! Iya filsafat, karena lahirnya sebuah pemikir filsafat karena rasa keraguan akan segala sesuatu apakah benar atas adanya benda itu,,!!semisal apakah benar toh rujak itu enak, apakah benar bahannya dari cabai,,!! Pada dasarnya tugas dan prinsip dari berfilsafat mempertanyakan tiga hal ( ontologi, epismologi dan aksiologi ). Kalau begitu caranya berfilsafat itu benar, bahwa  kita sering melakukan berfilsafat  donk heheee, lalu bagaimana kebenaranya filsafat perspektif islam ?

Laun lamanya kurang lebih abad ketujuh beberapa pelopor pemikir filsafat yunani akan hukum alam yang terasa tak asing ditelinga kita, yang paling tenar seperti halnya plato muncul ketika ia memikirkan, berdiskusi akan keadaan alam, dunia dan keadaan lingkungan sekitar, yang saat ini tepat berada israel atau mesir, muncul pula filsafat yunani terkait pandangannya terhadap hukum alam (Thomas) ,, artinya dalam konstruksi pemikiran thomas, jalan rasio kita dengan berjalannya hukum kita searah sebanding dengan jalannya alam, karena thomas sendiri terkenal pemikirannya terhadap hukum alam yang irrasional artinya hukum alam berjalan yang diiringi jalan hukum kita, dan kebenaran atas hukum alam berkehendak atas kehendak tuhan, jadi kebenaran hukum alam bahwasannya sandaran dari hukum tuhan. Ada juga konstruksi hukum alam dalam berfikirnya secara rasional artinya jika dikatakan sebuah kebenaran, jika kebenaran tersebut berdasarkan jalan pikiran yang dapatt ditangkap secara rasio.

Jika kita berfikir filsafat yunani tersebut kita sangkut pautkan pada nilai-nilai ketuhanan ( dalam perspektif islam) apakah tuhan yang ada didalam benak keyakinan sebagai umat islam, muncullah pertanyaan yang menggelitik, dapatkah tuhan kita (allah) “dapat kita konkretkan wujud tuhan, seperti halnya pemikir yunani tersebut” ?

Sejak 80an tahun lamanya orang barat pernah bereksperiman terkait dengan adanya tuhan dalam konteks dengan islam, yang sebagian besar masyarakat dunia mempercayai akan adanya “allah” jika ditanya dimanakah tuhan berada maka jawabnya tuhan “allah” adanya diatas, (diatas langit masih ada langit). orang barat tersebut bereksperimen dengan alat canggihnya ia membuktikan dengan mengkonkritkan bentuk tuhan yang diyakini oleh ummat islam, lalu ia pergi kebulan beberapa waktu lamanya ternyata yang ia temui hanya bentuk yang kasar (seperti gunung yang tak serupa apa yang dibayangkan), dan ternyata pembuktian tersebut tak berhasil lalu diimanakah konkretnya tuhan berada ??? kok sebagian besar muslim itu mempercayai adanya tuhan “allah” hayoo gimana....!! hee,,

Perlu kita pegang dulu pemikiran berfilsafat konteks islam, yang dasarnya beda pada filsafat yunani, karena yang menjadi karakter filsafat islam yang sifatnya (dinamis, spekulatif, dan relatif ) nah... jika kontruktif berfikir kita pada filsafat tiga hal tersebut kita tak terjebak pada pertanyaan tersebut sebab ketiganya hanya mendekat kebenaran mutlak, sedangkan dalam perspektif manusia didunia kebenaran mutlak tak pernah didapatkan, yang ada hanyalah kenisbian semata,.

Dan pada dasarnya dalam ruang lingkup manusia, kita dibatasi dengan ruang dan waktu sehingga kita mempertanyakan kembali pada pertanyaan diatas apakah tuhan dalam perspektif islam allah sebagai tuhan kita terbatas pada ruang dan waktu..? TIDAK,.,!!! karena tuhan sebagai yang pertama dan yang menciptakan atas kekuasaan..! maka dengan kekuasaanya lewat tanda tandanya, alam semua isin jagad raya itu bagian dari tanda adanya tuhan “allah” kita dapat memahami, menangkap  dan mengenal tuhan secara rasio atas adanya tuhan, tuhan ada, adanya diatas ada,. Logika berfikir kita mengapa alam ini bis berjalan secara teratur, maka yang mengarahkan akan alamni adalah sesuatu yang lebih kuasa “allah”. ( dia-lah allah, yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit dan dia mengetahui akan segala sesuatu “al-baqoroh 29” ), jikia dianalogikan kasarnya maka yang lebih kuasa kita “allah” memberikan tanda kekuasanya lewat alam dan lebih konkretnya itu disampaikan pada kekasih tuhan (nabi muhammad).

Pada penjelasan diatas juga menimbulkan pertanyaan bagimana  realitas kehidupan bermasyarakat, tuhan dapat hadir pada diri kita sebagai ummat islam ? logika sederhana kita sebagai umat islam tuhan itu ada, yaa ada..!!! jika dianalogikan lebih sederhana tukang cukur disekitar kita, lalu disekitar kita pula kok masih ada pula yang rambutnya gondrong, apakah tidak ada tukang cukur, reaitasnya juga ada tukang cukur, namun terkait dengan diri sesorang apakah datanga ataukah tidak,.! Lebih koakretnhya kehadiran tuhan relistis ada, ketika adzan berkumandang, maka para umat islam yangg beriman pasti pulalah menyeru kepadanya, sebabagai realitas adanya tuhan “allah”..!!!

Jika kita menganut pada para pemikir barat yang mengesampingkan agama dan lebih memprioritaskan akal dibanding agama (sekuler), dan ketika mengkaji filsafat akan sesuatu hal yang semata dengan indikator metode empiris maka hasilnya hanyalah konkret, didepan mata pula. Seperti halnya descartes mengatakan dalam filsafat antara agama dan filsafat hanya sebuah pertentangan yang tak pernah bisa bersatu (kutipan buku filsafat ilmu), dengan pemikirannya seseorang dapat terjerumus pada ketiadaan percaya akan tuhan alias atheis. Karena yang membedakan antara filsafat barat dengan islam hanyalah agama.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar