Minggu, 22 Maret 2020

Dimanakah Keadilan Hukum yang Sebenarnya ?

keadilan hukum


Saya beberapa hari kemarin sempat diskusi dengan teman-temanku, kebetulan temanku itu juga berlatar belakang jurusan hukum juga. Kami berdiskusi tentang hukum hingga akhirnya kami berdiskusi panjang mempersoalkan mengapa dalam realisasi tujuan hukum jarang sesuai dengan harapan atau keadilan hukum.

Menurut penulis keadilan hukum itu perlu diselarasikan terhadap peraturan dengan realisasi dilapangan sehingga harapan sebuah masyarakat dan semua orang itu dapat menjawab pertanyaan yang ada dibenak pikiran.

Terkadang diantara kita sering bertanya-tanya mengapa hukum kita tidak pernah memberikan kepuasaan terhadap masyarakat, dan realitanya menjawab bahwa hukum yang berlaku selalu condong pada kekuasaan atau orang yang mempunyai kekayaan yang melimpah.

Dengan begitu seorang pejabat yang sudah dijadikan tersangka bahwa dia korupsi dan merugikan negara, dalam realitanya jarang hukum kita berbicara secara tegas bahwa koruptor itu harus ditindak secara tegas jangan malah di peringan.

Sehingga terngiang-ngiang didalam benak pemikiran kita, apa yang salah dengan hukum yang berlaku di negara kita ? hukum seperti apakah yang sebenarnya ?

Sebagian orang berpendapat putusan hukum bagi koruptor tersebut sudah memenuhi keadilan bagi sang korup yang merugikan negara kita, namun masyarakat luas mengatakan bahwa koruptor tersebut yang sudah merugikan negara dengan mengambil uang dengan jumlah yang tidak main-main tidak selaras dengan realiasinya.

Faktanya para koruptor tersebut hanya dijatuhkan hukuman satu sampai empat tahun saja. Sehingga sang koruptor merasa itu sudah adil, bahkan yang anehnya ada juga yang koruptor tidak di hukum. Dimanakah keadilan dalam negeri ini.

Penulis berusaha memberikan sumbang pemikiran terhadap kasus tersebut terhadap keadilan yang sebenarnya adalah keadilan yang melekat pada hukum itu tanpa harus di pisahkan terhadap hukum itu.

Sehingga di dalam prinsip hukum sudah menjadi satu kesatuan yang utuh bahwa hukum melekat pada keadilan sehingga harapan bersama hukum kita sesuai dengan harapan masyarakat luas sesuai dengan keadilan yang sebanarnya.

Banyak orang yang mengatakan keadilan itu berada indivdu, ada juga yang mengatakan bahwa keadilan juga ada di tangan kelompok, ada juga berada dalam penguasa, lalu manakah keadilan yang sesungguhnya?.

Penulis menjawab bahwa keadilan yang sebenarnya adalah menempatkan sesuai pada porsinya, misalnya kaka dan adik kesekolah diberi uang saku pada ibu, maka keduanya harus diberi uang saku yang berbeda tidak bisa di samaratakan.

Artinya kebutuhan kaka dan adik itu berbeda sehingga uang yang diberi ibu harus berbeda, berbeda atas dasar kebutuhan dan menyesuaikan pada porsi kebutuhan kaka dan adik tersebut.

Begitupun juga keadilan dalam hukum harus diterapkan sesuai dengan porsi jangan sampai si miskin berbuat pidana dengan hukuman seberat-beratnya begitupun sebaliknya si kaya.

Tidak kalah pentingnya bahwa untuk merealisasikan hukun sesuai keadilan perlu di wujudkan dengan penegak hukum sebagai realiasi berjalannya sebuah hukum itu berlaku atau kah tidak dalam masyarakat.

Sehingga kesimpulan dari persoalan tersebut antara hukum dan penegak hukum harus sinkron dan direalisasikan secara tegas dan berdasarkan hukum dan keadilan, sebab tegak atau tidaknya hukum berdasar keadilan itu juga tergantung pada penegak hukum dalam pelaksanaannya.





Minggu, 08 Maret 2020

Sejarah Berdirinya Persaudaraan Setia Hati (PSH)

Eyang Suro

Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo nama kecilnya adalah Muhamad Masdan, yang lahir pada tahun 1876 di Surabaya putra sulung Ki Ngabei Soeromihardjo (mantri cacar di ngimbang Kab. Jombang Ki ngabei Soeromihardjo adalah saudara sepupu RAA Soeronegoro (bupati Kediri pada saat itu).

Perlu diketahui pula Ki Ageng soerodiwirdjo mempunyai garis keterunan batoro katong di Ponorogo Jatim, beliau kawin dengan ibu sarijati umur 29 tahun di surabaya dari perkawinan itu dianugrahi 3 anak laki-2 dan 2 anak perempuan namun semuanya meninggal dunia sewaktu masih kecil.

Pada usia 14 tahun (th 1890) beliau lulus SR sekarang SD kemudian diambil putra oleh pamanya (wedono di wonokromo) dan tahun 1891 yaitu tepat berusia 15 tahun ikut seorang kontrolir belanda di pekerjakan sebagai juru tulis tetapi harus magang dahulu (sekarang capeg).

Pada usia yang relatif masih muda Ki Ageng Soerodiwirdjo mengaji di pondok pesantren tibu ireng jombang, dan disini lah beliau belajar pencak silat pada tahun 1892 pindah ke bandung tepatnya di parahyangan di daerah ini beliau berksempatan menambah kepandaian ilmu pencak silat.

Memang sesosok Ki Ageng Soerodiwirdjo adalah seorang yang berbakat, berkemauan keras dan dapat berfikir cepat serta dapat menghimpun bermacam-macam gerak langkah permainan. Pencak silat yang di ikuti antar lain:
  1. Cimande
  2. Cikalong
  3. Cibaduyut
  4. Ciampea
  5. Sumedangan

Tahun 1893 beliau pindah ke jakarta, di kota betawi ini hanya satu tahun tetapi dapat mempergunakan waktunya untuk menambah pengetahuan dalam belajar pencak silat yaitu:
  1. Betawian
  2. Kwitangan
  3. Monyetan
  4. Toya

Pada tahun 1894 Ki Ageng Soerodiwirdjo pindah ke bengkulu karena pada saat itu orang yang di ikutinya (orang belanda) pindah kesana, di bengkulu permainanya sama dengan di jawa barat, enam bulan kemudian pindah ke padang. Di kedua daerah ini Ki Ageng Soerodiwirdjo juga memperdalam dan menambah pengetahuannya tentang dunia pencak silat. Permainan yang diperolehnya antara lain :
  1. Minangkabau
  2. Permainan padang Pariaman
  3. Permainan padang Sidempoan
  4. Permainan padang Panjang
  5. Permainan padang Pesur / padang baru
  6. Permainan padang sikante
  7. Permainan padang alai
  8. Permainan padang partaikan
  9. Permainan yang di dapat dari bukit tinggi yakni :
  10. Permainan Orang lawah
  11. Permainan lintang
  12. Permainan solok
  13. Permainan singkarak
  14. Permainan sipei
  15. Permainan paya punggung
  16. Permainan katak gadang
  17. Permainan air bangis
  18. Permainan tariakan

Dari daerah tersebut salah satu gurunya adalah Datuk Rajo Batuah. Beliau disamping mengajarkan ilmu kerohanian. Dimana ilmu kerohanian ini diberikan kepada murid-murid beliau di tingkat II.
Pada tahun 1898 beliau melanjutkan perantuanya ke banda aceh, di tempat ini Ki Ageng Soerodiwirdjo berguru kepada beberapa guru pencak silat, diantarnya :
  1. Tengku Achamd mulia Ibrahim
  2. Gusti kenongo mangga tengah
  3. Cik bedoyo

Dari sini diperoleh pelajaran – pelajaran, yakni:
  1. Permainan aceh pantai
  2. Permainan kucingan
  3. Permainan bengai lancam
  4. Permainan simpangan
  5. Permainan turutung

Pada tahun 1902 Ki Ageng Soerodiwirdjo kembali ke Surabaya dan bekerja sebagai anggota polisi dengan pangkat mayor polisi. Tahun 1903 di daerah tambak Gringsing untuk pertama kali Ki Ageng Soerodiwirdjo mendirikan perkumpulan mula-mula di beri nama ‘sedulor tunggal kecer” dan permainan pencak silatnya bernama “ joyo gendilo” .

Pada tahun 1917 nama tersebut berubah, dan berdirilah pencak silat persaudaraan setia hati (SH) yang berpusat di madiun tujuan perkumpulan tersebut diantaranya, agar para anggota (warga) nya mempunyai rasa Persaudaraan dan kepribadian Nasional yang kuat karena pada saat itu Indonesia sedang di jajah oleh bangsa belanda. Ki Ageng Soerodiwirdjo wafat pada hari jum`at legi tanggal 10 nopember 1944 dan di makamkan di makam Winongo madiun dalam usia enam puluh delapan tahun (68)

PSHT - Misteri Legenda RM. Imam Koessoepangat

RM. Imam Koessoepangat

Bertepatan pada hari jum`at pahing tanggal 18 November 1938 RM. Imam Koessoepangat dilahirkan oleh Raden Ayu Koesmiyatoen dengan RM Ambar Koessensi, di Madiun kakek beliau (Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat) adalah bupati Madiun VI dan neneknya (Djuwito) atau (RA Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat), salah satu tokoh figur yang di segani pada masa itu.

Pola hidupnya sederhana meskipun ia sendiri dilahirkan dari keluarga yang bermartabat, penerus trah kusumah rembesing madu amaratapa wijiling handanawarih. Kiatnya Sepiro gedhening Sengsoro Yen Tinompo Amung dadi Cobo dan kiat itu dihayatinya dijabarkan dalam lakunya sampai akhir hayatnya.

Ketika berumur 13 tahun, semasa ia haus damba kasih dari ayahanda namun nasib berbicara lain RM Ambar Koesensi (ayahanda tercinta) di panggil ke Hadirat Tuhan yang maha Esa, tepatnya pada tanggal 15 maret 1951, sewaktu ia masih duduk di kelas 5 SDN. RM Imam Koesoepangat kecilpun seperti tercerabut dari dunia kana-kanaknya, sepeninggalnya orang yang di cintainya itu sempat menggetarkan jiwanya. Namun kematian tetap kematian tidak seorangpun mampu menolak kehadiranya. Begitu juga yang terjadi pada RM Ambar Koesensie.

RM. Imam Koessoepangat memang salah satu seorang tokoh SH Terate yang cukup legendaris, dalam diri beliau banyak keunggulan dimana beliau ini seimbang antara keilmuan/kesetiahatiannya dengan organisasi/kepelatihan yang tercermin ketika Kangmas Tarmadji menjabat sebagai ketua umum dan posisi Mas Imam Koessoepangat sebagai dewan pusat.

Selain itu RM. Imam Koessoepangat sebagai pendobrak organisasi PSHT/SH Terate sikap cinta terhadap organisasi terlihat dimana beliau ini semasa hidupnya digunakan untuk mengabdi pada SH Terate, beliau adalah murid langsung Bpk. Irsyad sebagai tokoh pembaharu terhadap kurikulum organisasi sehingga RM. Imam Koessoepangat mewarisi bidang kepelatihan dari Bpk. Irsyad.

Di satu sisi besarnya organisasi SH Terate juga atas jasa beliau dimana tahun 1960an ketika di saksikan oleh banyak orang RM. Imam Koessoepangat akan bertanding secara sengit melawan Syeh Wulan, saat itu pula dipundak beliau sesepuh RM. Soetomo Mangku djoyo mengatakan bahwa hidup dan matinya PSHT ada dipundakmu.

Akhirnya RM. Imam Koessoepangat mengangguk dan mencium tangan RM. Soetomo Mangku djoyo, dimana waktu itu tidak ada satupun organisasi pencak silat yang berani menantang Syeh Wulan yang terkenal dengan kedigdayaannya.

Bahwa seluruh pencak silat termasuk SH Terate tidak boleh berkembang, akhirnya terjadinya pertandingan dan perjanjian antara RM. Imam Koessoepangat  Vs Syeh Wulan salah seorang pendekar yang sakti tidak terkalahkan waktu itu.

Siapa sangka pertandingan ini akan berlangsung dengan sengit, bahwa semua orang berfikir pertandingan ini akan berjalan dengan sengit, tetapi RM. Imam Koessoepangat dapat mengalahkan tidak butuh waktu yang lama bahwa Syeh Wulan terkapar. sehingga dengan kejadian itu SH Terate berkembang dan dikenal masyarakat.

Selain dikenal sesosok yang legendaris RM. Imam Koessoepangat dalam PSHT bahwa semasa hidupnya ada beberapa keanehan sebelum kematian ada banyak misteri dalam diri RM. Imam Koessoepangat, termasuk sebelum ajalnya ketika beliau selesai olah raga pagi dan akhirnya beliau pamit bahwa beliau ingin istirahat ternyata beliau saat itu pula meninggalkan kita untuk selama-lamanya.

Misteri yang tidak pernah terduga oleh saudara kadhang PSHT ketika 3 hari sebelum meninggalnya dimana beliau beberapa kali ngendikan/berbicara kepada Pak Saripin, bahwa RM. Imam Koessoepangat ngendikan Pak Saripin tolong bersihkan dan buatkan liang lahat.

Pak Saripin bertanya-tanya kira-kira ini untuk siapa tempat permintaannya, dengan sikap yang agak bingung Pak saripin akhirnya diabaikanlah permintaan dari Mas Imam Koessoepangat tersebut, hingga besoknya beliau mengingatkan dan ngendikan seperti itu juga.

Permintaan itu disampaikan 3 kali kepada Pak Saripin ngendikan yang sama bahwa tolong buat liang lahat dan akhirnya tempat tersebut baru dibuatkan oleh Pak saripin dan ternyata kejadian itu tidak terduga bahwa sesosok legendari RM. Imam Koessoepangat izin pamit beristirahat, namun ketika duduk dengan tenang beliau meninggalkan kita untuk selama-lamanya.

Bahkan sebelum meninggal beliau juga mengumpulkan saudara sesepuh termasuk warga tingkat II yang ada disekitar sana, bahwa organisasi PSHT hidup atau matinya organisasi ada ditangan kalian.
Bahwa beliau ngendikan pengabdian beliau pada PSHT cukup disini yang disaksikan oleh banyak sesepuh dan para sesepuh tidak ada satupun yang berani berbicara, dan sesepuh yang hadir saat itu hanya bisa bertanya-tanya dan berbisik pula apa maksut dari RM. Imam Koessoepangat.
Makam RM. Imam Koessoepangat





Minggu, 01 Maret 2020

PSHT - Mengenal Sesosok RM Imam Koessoepangat

RM Imam Koessoepangat

Raden Mas Imam Koessoepangat adalah Putra ketiga dari pendawa lima dimana lahir dari Raden Ayu Koesmiyatoen dengan RM Ambar Koessensi. Yang bertepatan pada hari jum`at pahing tanggal 18 November 1938, di Madiun kakek beliau (Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat) adalah bupati Madiun VI dan neneknya (Djuwito) atau (RA Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat), salah satu tokoh figur yang di segani pada masa itu.

Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesodiningrat selain di kenal sebagai penerus darah biru juga dikenal sebagai bangsawan yang suka bertapa brata satu laku untuk mencari hakikat hidup dengan jalan meninggalkan larangan-larangan Tuhan Yang Maha Esa serta membentengi diri dari pengaruh keduniawian. Sehingga nilai keluhuran yang begitu dalam menurun pada sesososk jiwa RM. Imam Koessoepangat hingga di juluki sebagai sang pendekar Pandhita Wesi Kuning.

Pada masa kecilnya RM Imam Koessoepangat sekarang SDN Indrakila Madiun ia sering di panggi akrab aryo dan bukan tergolong siswa yang paling menonjol artinya kurang dikenal bukan pula siswa paling pintar, salah satu nilai lebih karena keberanianya. namun sejak kecil sudah di kenal sebagai bocah yang jujur dan suka membela serta suka menolong teman-teman sepermainanya.

Ketika berumur 13 tahun, RM Ambar Koesensi (ayahanda tercinta) di panggil ke Hadirat Tuhan yang maha Esa, tepatnya pada tanggal 15 maret 1951 , sewaktu ia masih duduk di kelas 5 SDN. RM Imam Koessoepangat kecilpun seperti tercerabut dari dunia kana-kanaknya, sepeninggalnya orang yang di cintainya itu sempat menggetarkan jiwanya. Namun kematian tetap kematian tidak seorangpun mampu menolak kehadiranya. Begitu juga yang terjadi pada RM Ambar Koesensie.

Bahkan pada kematian orang tuanya beliau ini merasa sakit begitu dalam sebab orang yang paling dicintai didunia adalah kedua orang tuanya, bahkan ketika beliau ditanya siapakah orang yang paling dicintai beliau menjawab Ibu dan ayahnya, dan yang kedua organisasi PSHT lah yang ia cintainya.

Masuk organisasi PSHT pada usia enam belas tahun RM Imam Koeseopangat sebagai siswa di SMP 2 Madiun, ia mulai belajar pencak silat Persaudaraan Setia Hati terate. Sebagai pelatihnya adalah Bpk. Irsad (murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) yang terkenal sebagai pembaharu kurikulum yakni senam dam jurus sehingga pada tahun 1959 setelah tamat dari SMA Nasional Madiun ia berhasil menyelesaikan Pelajaran di Persaudaraan Setia Hati Terate dan berhak menyandang gelar pendekar tingkat I.

Pada Tahun 1959, RM Imam Koessoepangat, juga mulai melatih Tarmadji yang nantinya menjadi penerus dan ketua umum PSHT dan anak didik langsung RM Imam Koessoepangat. Menurut penuturan Kangmas Tarmadji, beliau adalah sosok pendekar yang santun dan berwibawa. Jika melatih di depan siswanya, beliau cukup tegas, keras dan disiplin capan dan perilakunya konsisten, penuturan itu juga sama dikatakan oleh Kangmas Sakti Tamat.

Pada tahun 1963 kurang lebih beliau melahirkan anak didik termasuk Kangmas Tarmadji, yang menyebarkan keberberapa wilayah oleh delapan orang termasuk kangmas Soedibyo yang berada di Jakarta dan sampai sekarang ini masih hidup.

Pada tahun ini pula banyak ajang kompetisi pertarungan laga bebas, sehingga waktu itu besarnya organisasi PSHT juga dibesarkan karena jasa Kangmas Imam Koessoepangat yang pernah mempertaruhkan organisasi dengan perjanjian melawan Syeh Wulan, dengan kesepakatan bahwa jika Kangmas Imam kalah maka SH Terate tidak dibolehkan untuk dikembangkan begitupun sebaliknya jika jika lawannya kalah maka santrinya mengikuti SH Terate hal ini dituturkan juga oleh Kangmas Mahendro salah satu warga sesepuh tingkat II Jakarta Selatan.

RM. Imam Kossoepangat memang begitu cinta terhadap PSHT banyak hal yang dilakukan oleh beliau agar organisasi ini besar bahkan beliau pernah bertirakat selama 7 hari tujuh malam ddalam kamar, dipesankan oleh Kangmas Tarmadi bahwa jika sudah waktu 7 hari 7 malam maka baru dibuka, hingga sampai waktunya dibuka oleh Kangmas Tarmadji sehingga sampai sempoyongan dan mas Imam ngendikan bahwa nanti PSHT akan besar yang dipimpin oleh Dik Madji sendiri.

Tahun 1974 SH Terate menggelar kongres di Madiun Hasil konggres ini antara lain: Mengangkat RM. Imam Koessoepangat sebagai Ketua Pusat dan Bapak Soetomo Mangkoedjojo sebagai Ketua Dewan Pusat. Serta Musyawarah juga sepakat menjadikan kedaulatan tertinggi organisasi di tangan anggota dan selanjutnya dapat disuarakan lewat wakilnya dalam setiap konggres.

Menurutku sesosok RM. Imam Kossoepangat adalah figur pemimpin yang seimbang antara antara organisasi dan keilmuan/kerohanian sebab beliau ini selain pernah menjabat sebagai ketua umum juga menjabat sebagai dewan pusat pada tahun 1981.

Posisi tersebut Kangmas tarmadji sebagai Ketua umum dan RM.  Imam Kossoepangat sebagai bagian dari penjaga ajaran atau kerohanian, dimana lelaku pribadi sangat dihayati oleh beliau sampai-sampai harus tirakat laku dan semasa hidupnya tidak menikah sebab kecintaan beliau terhadap SH Terate.
Sebuah benteng dan senjata pribadi diberikan setiap kadhang warga PSHT ketika belum disahkan diberikannya bekal pernafasan inti/kesah dimana itu bagian dari program RM. Imam Kossoepangat sebagai penciptanya.

Pitutur beliau sampai sekarang masih begitu tampak sebagai contoh bagi kami semua, bahkan sebelum meninggal pernah ngendikan pada semua anggota PSHT yang sudah disahkan bahwa setiap warga yang telah diberikan pernafasan kesah/inti untuk selalu di lakukan tanpa harus tahu gunanya untuk apa, tetapi yang jelas manfaatnya banyak lestarikan dan jangan sampai ditinggalkan.