Minggu, 01 Maret 2020

PSHT - Mengenal Sesosok RM Imam Koessoepangat

RM Imam Koessoepangat

Raden Mas Imam Koessoepangat adalah Putra ketiga dari pendawa lima dimana lahir dari Raden Ayu Koesmiyatoen dengan RM Ambar Koessensi. Yang bertepatan pada hari jum`at pahing tanggal 18 November 1938, di Madiun kakek beliau (Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat) adalah bupati Madiun VI dan neneknya (Djuwito) atau (RA Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat), salah satu tokoh figur yang di segani pada masa itu.

Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesodiningrat selain di kenal sebagai penerus darah biru juga dikenal sebagai bangsawan yang suka bertapa brata satu laku untuk mencari hakikat hidup dengan jalan meninggalkan larangan-larangan Tuhan Yang Maha Esa serta membentengi diri dari pengaruh keduniawian. Sehingga nilai keluhuran yang begitu dalam menurun pada sesososk jiwa RM. Imam Koessoepangat hingga di juluki sebagai sang pendekar Pandhita Wesi Kuning.

Pada masa kecilnya RM Imam Koessoepangat sekarang SDN Indrakila Madiun ia sering di panggi akrab aryo dan bukan tergolong siswa yang paling menonjol artinya kurang dikenal bukan pula siswa paling pintar, salah satu nilai lebih karena keberanianya. namun sejak kecil sudah di kenal sebagai bocah yang jujur dan suka membela serta suka menolong teman-teman sepermainanya.

Ketika berumur 13 tahun, RM Ambar Koesensi (ayahanda tercinta) di panggil ke Hadirat Tuhan yang maha Esa, tepatnya pada tanggal 15 maret 1951 , sewaktu ia masih duduk di kelas 5 SDN. RM Imam Koessoepangat kecilpun seperti tercerabut dari dunia kana-kanaknya, sepeninggalnya orang yang di cintainya itu sempat menggetarkan jiwanya. Namun kematian tetap kematian tidak seorangpun mampu menolak kehadiranya. Begitu juga yang terjadi pada RM Ambar Koesensie.

Bahkan pada kematian orang tuanya beliau ini merasa sakit begitu dalam sebab orang yang paling dicintai didunia adalah kedua orang tuanya, bahkan ketika beliau ditanya siapakah orang yang paling dicintai beliau menjawab Ibu dan ayahnya, dan yang kedua organisasi PSHT lah yang ia cintainya.

Masuk organisasi PSHT pada usia enam belas tahun RM Imam Koeseopangat sebagai siswa di SMP 2 Madiun, ia mulai belajar pencak silat Persaudaraan Setia Hati terate. Sebagai pelatihnya adalah Bpk. Irsad (murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) yang terkenal sebagai pembaharu kurikulum yakni senam dam jurus sehingga pada tahun 1959 setelah tamat dari SMA Nasional Madiun ia berhasil menyelesaikan Pelajaran di Persaudaraan Setia Hati Terate dan berhak menyandang gelar pendekar tingkat I.

Pada Tahun 1959, RM Imam Koessoepangat, juga mulai melatih Tarmadji yang nantinya menjadi penerus dan ketua umum PSHT dan anak didik langsung RM Imam Koessoepangat. Menurut penuturan Kangmas Tarmadji, beliau adalah sosok pendekar yang santun dan berwibawa. Jika melatih di depan siswanya, beliau cukup tegas, keras dan disiplin capan dan perilakunya konsisten, penuturan itu juga sama dikatakan oleh Kangmas Sakti Tamat.

Pada tahun 1963 kurang lebih beliau melahirkan anak didik termasuk Kangmas Tarmadji, yang menyebarkan keberberapa wilayah oleh delapan orang termasuk kangmas Soedibyo yang berada di Jakarta dan sampai sekarang ini masih hidup.

Pada tahun ini pula banyak ajang kompetisi pertarungan laga bebas, sehingga waktu itu besarnya organisasi PSHT juga dibesarkan karena jasa Kangmas Imam Koessoepangat yang pernah mempertaruhkan organisasi dengan perjanjian melawan Syeh Wulan, dengan kesepakatan bahwa jika Kangmas Imam kalah maka SH Terate tidak dibolehkan untuk dikembangkan begitupun sebaliknya jika jika lawannya kalah maka santrinya mengikuti SH Terate hal ini dituturkan juga oleh Kangmas Mahendro salah satu warga sesepuh tingkat II Jakarta Selatan.

RM. Imam Kossoepangat memang begitu cinta terhadap PSHT banyak hal yang dilakukan oleh beliau agar organisasi ini besar bahkan beliau pernah bertirakat selama 7 hari tujuh malam ddalam kamar, dipesankan oleh Kangmas Tarmadi bahwa jika sudah waktu 7 hari 7 malam maka baru dibuka, hingga sampai waktunya dibuka oleh Kangmas Tarmadji sehingga sampai sempoyongan dan mas Imam ngendikan bahwa nanti PSHT akan besar yang dipimpin oleh Dik Madji sendiri.

Tahun 1974 SH Terate menggelar kongres di Madiun Hasil konggres ini antara lain: Mengangkat RM. Imam Koessoepangat sebagai Ketua Pusat dan Bapak Soetomo Mangkoedjojo sebagai Ketua Dewan Pusat. Serta Musyawarah juga sepakat menjadikan kedaulatan tertinggi organisasi di tangan anggota dan selanjutnya dapat disuarakan lewat wakilnya dalam setiap konggres.

Menurutku sesosok RM. Imam Kossoepangat adalah figur pemimpin yang seimbang antara antara organisasi dan keilmuan/kerohanian sebab beliau ini selain pernah menjabat sebagai ketua umum juga menjabat sebagai dewan pusat pada tahun 1981.

Posisi tersebut Kangmas tarmadji sebagai Ketua umum dan RM.  Imam Kossoepangat sebagai bagian dari penjaga ajaran atau kerohanian, dimana lelaku pribadi sangat dihayati oleh beliau sampai-sampai harus tirakat laku dan semasa hidupnya tidak menikah sebab kecintaan beliau terhadap SH Terate.
Sebuah benteng dan senjata pribadi diberikan setiap kadhang warga PSHT ketika belum disahkan diberikannya bekal pernafasan inti/kesah dimana itu bagian dari program RM. Imam Kossoepangat sebagai penciptanya.

Pitutur beliau sampai sekarang masih begitu tampak sebagai contoh bagi kami semua, bahkan sebelum meninggal pernah ngendikan pada semua anggota PSHT yang sudah disahkan bahwa setiap warga yang telah diberikan pernafasan kesah/inti untuk selalu di lakukan tanpa harus tahu gunanya untuk apa, tetapi yang jelas manfaatnya banyak lestarikan dan jangan sampai ditinggalkan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar