![]() |
RM Imam Koessoepangat |
Raden Mas Imam Koessoepangat
adalah Putra ketiga dari pendawa lima dimana lahir dari Raden Ayu Koesmiyatoen
dengan RM Ambar Koessensi. Yang bertepatan pada hari jum`at pahing tanggal 18 November
1938, di Madiun kakek beliau (Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat)
adalah bupati Madiun VI dan neneknya (Djuwito) atau (RA Pangeran Ronggo Ario
Koesnoningrat), salah satu tokoh figur yang di segani pada masa itu.
Kanjeng Pangeran Ronggo Ario
Koesodiningrat selain di kenal sebagai penerus darah biru juga dikenal sebagai
bangsawan yang suka bertapa brata satu laku untuk mencari hakikat hidup dengan
jalan meninggalkan larangan-larangan Tuhan Yang Maha Esa serta membentengi diri
dari pengaruh keduniawian. Sehingga nilai keluhuran yang begitu dalam menurun
pada sesososk jiwa RM. Imam
Koessoepangat hingga
di juluki sebagai sang pendekar Pandhita Wesi Kuning.
Pada masa kecilnya RM Imam
Koessoepangat sekarang SDN Indrakila Madiun ia sering di panggi akrab aryo dan
bukan tergolong siswa yang paling menonjol artinya kurang dikenal bukan pula
siswa paling pintar, salah satu nilai lebih karena keberanianya. namun sejak
kecil sudah di kenal sebagai bocah yang jujur dan suka membela serta suka menolong
teman-teman sepermainanya.
Ketika berumur 13 tahun, RM
Ambar Koesensi (ayahanda tercinta) di panggil ke Hadirat Tuhan yang maha Esa,
tepatnya pada tanggal 15 maret 1951 , sewaktu ia masih duduk di kelas 5 SDN. RM
Imam Koessoepangat kecilpun seperti tercerabut dari dunia kana-kanaknya,
sepeninggalnya orang yang di cintainya itu sempat menggetarkan jiwanya. Namun
kematian tetap kematian tidak seorangpun mampu menolak kehadiranya. Begitu juga
yang terjadi pada RM Ambar Koesensie.
Bahkan pada kematian orang
tuanya beliau ini merasa sakit begitu dalam sebab orang yang paling dicintai didunia
adalah kedua orang tuanya, bahkan ketika beliau ditanya siapakah orang yang
paling dicintai beliau menjawab Ibu dan ayahnya, dan yang kedua organisasi PSHT
lah yang ia cintainya.
Masuk organisasi PSHT pada
usia enam belas tahun RM Imam Koeseopangat sebagai siswa di SMP 2 Madiun, ia
mulai belajar pencak silat Persaudaraan Setia Hati terate. Sebagai pelatihnya
adalah Bpk. Irsad (murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) yang terkenal sebagai
pembaharu kurikulum yakni senam dam jurus sehingga pada tahun 1959 setelah
tamat dari SMA Nasional Madiun ia berhasil menyelesaikan Pelajaran di
Persaudaraan Setia Hati Terate dan berhak menyandang gelar pendekar tingkat I.
Pada Tahun 1959, RM Imam Koessoepangat, juga
mulai melatih Tarmadji yang nantinya menjadi penerus dan ketua umum PSHT dan
anak didik langsung RM Imam Koessoepangat. Menurut penuturan Kangmas Tarmadji,
beliau adalah sosok pendekar yang santun dan berwibawa. Jika melatih di depan
siswanya, beliau cukup tegas, keras dan disiplin capan dan perilakunya
konsisten, penuturan itu juga sama dikatakan oleh Kangmas Sakti Tamat.
Pada tahun 1963 kurang lebih beliau melahirkan
anak didik termasuk Kangmas Tarmadji, yang menyebarkan keberberapa wilayah oleh
delapan orang termasuk kangmas Soedibyo yang berada di Jakarta dan sampai
sekarang ini masih hidup.
Pada tahun ini pula banyak ajang kompetisi
pertarungan laga bebas, sehingga waktu itu besarnya organisasi PSHT juga
dibesarkan karena jasa Kangmas Imam Koessoepangat yang pernah mempertaruhkan
organisasi dengan perjanjian melawan Syeh Wulan, dengan kesepakatan bahwa jika
Kangmas Imam kalah maka SH Terate tidak dibolehkan untuk dikembangkan begitupun
sebaliknya jika jika lawannya kalah maka santrinya mengikuti SH Terate hal ini
dituturkan juga oleh Kangmas Mahendro salah satu warga sesepuh tingkat II
Jakarta Selatan.
RM. Imam Kossoepangat memang begitu cinta
terhadap PSHT banyak hal yang dilakukan oleh beliau agar organisasi ini besar bahkan
beliau pernah bertirakat selama 7 hari tujuh malam ddalam kamar, dipesankan
oleh Kangmas Tarmadi bahwa jika sudah waktu 7 hari 7 malam maka baru dibuka,
hingga sampai waktunya dibuka oleh Kangmas Tarmadji sehingga sampai sempoyongan
dan mas Imam ngendikan bahwa nanti PSHT akan besar yang dipimpin oleh Dik Madji
sendiri.
Tahun 1974 SH Terate menggelar kongres di Madiun Hasil
konggres ini antara lain: Mengangkat RM. Imam Koessoepangat sebagai Ketua Pusat
dan Bapak Soetomo Mangkoedjojo sebagai Ketua Dewan Pusat. Serta Musyawarah juga
sepakat menjadikan kedaulatan tertinggi organisasi di tangan anggota dan
selanjutnya dapat disuarakan lewat wakilnya dalam setiap konggres.
Menurutku sesosok RM. Imam Kossoepangat adalah
figur pemimpin yang seimbang antara antara organisasi dan keilmuan/kerohanian
sebab beliau ini selain pernah menjabat sebagai ketua umum juga menjabat
sebagai dewan pusat pada tahun 1981.
Posisi tersebut Kangmas tarmadji sebagai Ketua
umum dan RM. Imam Kossoepangat sebagai
bagian dari penjaga ajaran atau kerohanian, dimana lelaku pribadi sangat
dihayati oleh beliau sampai-sampai harus tirakat laku dan semasa hidupnya tidak
menikah sebab kecintaan beliau terhadap SH Terate.
Sebuah benteng dan senjata pribadi diberikan
setiap kadhang warga PSHT ketika belum disahkan diberikannya bekal pernafasan
inti/kesah dimana itu bagian dari program RM. Imam Kossoepangat sebagai
penciptanya.
Pitutur beliau sampai sekarang masih begitu
tampak sebagai contoh bagi kami semua, bahkan sebelum meninggal pernah
ngendikan pada semua anggota PSHT yang sudah disahkan bahwa setiap warga yang
telah diberikan pernafasan kesah/inti untuk selalu di lakukan tanpa harus tahu
gunanya untuk apa, tetapi yang jelas manfaatnya banyak lestarikan dan jangan
sampai ditinggalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar