sumber utama untuk pengetahuan sejarah dan kebudayaan Majapahit dari abad ke-14, prapanca sebagai pembesar urusan agama Budha yang pernah tinggal di kota Majapahit, Prapanca sendiri dijelaskan dalam Negarakertagama adalah keturunan seorang pujangga juga, bernama Sameneka.
Prapanca yang Menyaksikan sendiri segala hal yang berkaitan kehidupan di keraton, terutama tentang seluk beluk kehidupan di keraton. Dari Nagarakertagama kita bisa mengetahui bagaimana wujud keraton Majapahit pada zaman pemerintahan Hayam Wuruk.
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, kenapa bisa dikatakan demikian, karena bila dilihat dari peninggalan Majapahit yang keseluruhanya berada di Jawa Timur khususnya di Trowulan Mojokerto yang menjadi bukti kongkrit adanya kerajaan Majapahit.
Kota Trowulan yang sekarang ini bisa membuktikaan bahwa posisi Trowulan sendiri sangatlah strategis yang dapat diakses baik melalui jalan darat maupun jalan air, dan letak Trowulan yang berada di daerah yang relatif datar dan dekat dengan pusat kerajaan terdahulu seperti Kediri, Singasari, Jenggala, dan Panjalu.
Terjadinya kontak antar kerajaan di daerah-daerah baik untuk kepentingan perdagangan, sosial budaya, maupun politik. Dan kota ini letaknya tidak terlalu jauh dari kota pelabuhan seperti Surabaya, Gresik, Tuban, dan Pasuruan. Kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1528 M14 ini, mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya yang sedikit sulit dicari karena memang pada dasarnya sumber sejarah Majapahit dari Nagarakertagama, Pararaton dan Babad serta tutur turun temurun dari masyarakat. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton (Kitab Raja-raja) dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.
Pararaton sendiri lebih banyak menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos, Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti superanatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena memang sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.
Sejarah Majapahit disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakertagama diawali dengan pembukaan hutan oleh Raden Wijaya yang terletak di Delta Sungai Brantas, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1293. Sebelum berdirinya Majapahit, Singasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa.
Kubilai Khan, penguasa di Tiongkok, Ia mengirim utusan ke Singasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Majapahit secara umum dapat dianggap sebagai titik puncak kebudayaan Hindu Jawa walaupun relatif sedikit yang diketahui tentangnya. Setelah pengulinggan Raja Kertanegara dari Singasari oleh para pemberontak Kediri. dan diambil alih oleh Prabu Jayakatwang Raja Kediri, Raden Wijaya sebagai menantu Kertanegara, dan juga Raden Wijaya adalah anak dari Dyah Lembu Tal, cucu Mahisa Campaka atau Narasinghamurti, Buyut Mahisa Wongateleng dan Canggah Ken Arok dan Ken Dedes. Kertarajasa Jayawardhana atau disebut juga Raden Wijaya nantinya adalah pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja Majapahit pertama yang memerintah pada tahun 1293-1309.
Gelar Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana atau biasa juga dengan gelar Prabu Kertarajasa Jayawardana. Raden Wijaya merupakan nama yang lazim dipakai para sejarawan untuk menyebut pendiri Kerajaan Majapahit. Nama ini terdapat dalam Pararaton yang ditulis sekitar akhir abad ke-15.
Setelah pemberontakan Jayakatwang, Raden Wijaya melarikan diri dari kejaraan para pasukaan Jayakatwang, dan pada saat itu juga Raden Wijaya mencari perlindungan dari Aria Wiraraja shingga pada saat Raden Wijaya datang, penyambutan yang sangat baik dilakukan oleh Wiraraja, ketika penjamuan makan ada sebuah dialog panjang yang dilakukan oleh Wiraraja dengan Raden Wijaya.
Raden Wijaya menyampaikan cita-citanya bahwa ingin mengulingkan Prabu Jayakatwang dan mendirikan kerajaan baru dan menguasai jawa, Wiraraja akan diberi setengah dari kekuasaan Raden Wijaya jika hal itu terjadi, mendengar hal tersebut Aria Wiraraja menyatakan kesedianya akan membantu segala usaha Raden Wijaya, kemudian Wiraraja memberikan saran kepada Raden Wijaya untuk berpura-pura menyerahkan diri ke Prabu Jayakatwang dan Wiraraja juga berpesan agar Raden Wijaya selama tinggal disana untuk menyelidiki kekuatan Kediri kemudian mengajukan permohonan untuk membuka hutan dan tanah tandus di Tarik.
Setelah itu Wiraraja mengirim utusan ke Daha mengirim surat berisi pernyataan bahwa Raden Wijaya menyerahkan diri. Dalam waktu Singkat hutan Tarik berhasil di buka dan menjadi perkampungan baru dengan nama Majapahit, disini Raden Wijaya mulai mempersiapkan pemberontaan ke Jayakatwang.
Pada saat Jawa diserang pasukan Mongol pada 1292 – 1293 yang ingin membalas dendam atas pengusiran utusan Mongol yang dilakukan oleh kertanegara pada 1289. Tidak menyadari perincian politik Jawa, mereka dibujuk oleh putra Kertanegara yaitu Raden Wijaya untuk membantunya mengulingkan pangeran Kediri yaitu Jayakatuwang.
Kerajaan Kediri dikalahkan dan Jayakatwang berhasil dibunuh, Raden Wijaya meminta izin pulang ke Majapahit dengan alasan untuk menyiapkan upeti bagi kaisar Mongol, tanpa ada rasa curiga sedikitpun panglima Mongol mengizinkan bahkan para panglima memberikan pengawal dua orang perwira dan dua ratus prajurit untuk mengawal Raden Wijaya.
Para pengawal Mongol yang mengawal ke Majapahit semuanya dibunuh oleh pasukan Majapahit dan Raden Wijaya kemudian menyerang orang Mongol yang sedang berkubu di Daha dan Canggu mabuk-mabuk mengadakan pesta kemenanggan, pasukan Monggol terdesak dan mundur kelaut dalam kejaraan pasukan Majapahit.
Raden Wijaya kemudian memindahkan ibukota ke Trowulan, mendirikan kerajaan Majapahit dan mengambil nama Kertarajasa Jayawardhana. Mengapa Raden wijaya mengambil nama Abhiseka Kertarajasa Jayawardhana, dijelaskan dalam prasasti tahun 1305 M.
Dikatakan bahwa nama beliau terdiri dari beberapa suku kata yang dapat dipecah menjadi empat kata yakni : Kerta, Rajasa, Jaya dan Wardhana. Unsur Kerta mengandung arti bahwa Raden Wijaya memperbaiki pulau Jawa dari kekacauan, yang ditimbulkan oleh penjahat-penjahat dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat sama dengan matahari yang menerangi bumi, Unsur Rajasa mengandung arti, bahwa Raden Wijaya berjaya mengubah suasana gelap menjadi terang benderang akibat kemenanganya terhadap musuh dengan kata lain Raden Wijaya adalah pengempur musuh, Unsur Jaya mengandung arti, bahwa Raden Wijaya mempunyai lambang kemenangan berupa senjata tombak berujung mata tiga (Trisula muka), karena senjata itu segenap musuh hancur lebur.
Wardhana mengandung arti, bahwa Raden Wijaya menghidupkan Agama, melipat gandakan hasil bumi, bagi kesejahteraan rakyatnya. Pada masa Raden Wijaya terdapat beberapa pemberontakan diantaranya Pemberontakan Ranggalawe, Lembu sora. Yang semuanya dapat diredam oleh Raden Wijaya.