Senin, 30 September 2019

Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit

sumber utama untuk pengetahuan sejarah dan kebudayaan Majapahit dari abad ke-14, prapanca sebagai pembesar urusan agama Budha yang pernah tinggal di kota Majapahit, Prapanca sendiri dijelaskan dalam Negarakertagama adalah keturunan seorang pujangga juga, bernama Sameneka.  

Prapanca yang Menyaksikan sendiri segala hal yang berkaitan kehidupan di keraton, terutama tentang seluk beluk kehidupan di keraton. Dari Nagarakertagama kita bisa mengetahui bagaimana wujud keraton Majapahit pada zaman pemerintahan Hayam Wuruk.


Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, kenapa bisa dikatakan demikian, karena bila dilihat dari peninggalan Majapahit yang keseluruhanya berada di Jawa Timur khususnya di Trowulan Mojokerto yang menjadi bukti kongkrit adanya kerajaan Majapahit.

Kota Trowulan yang sekarang ini bisa membuktikaan bahwa posisi Trowulan sendiri sangatlah strategis yang dapat diakses baik melalui jalan darat maupun jalan air, dan letak Trowulan yang berada di daerah yang relatif datar dan dekat dengan pusat kerajaan terdahulu seperti Kediri, Singasari, Jenggala, dan Panjalu.

Terjadinya kontak antar kerajaan di daerah-daerah baik untuk kepentingan perdagangan, sosial budaya, maupun politik. Dan kota ini letaknya tidak terlalu jauh dari kota pelabuhan seperti Surabaya, Gresik, Tuban, dan Pasuruan. Kerajaan yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1528 M14 ini, mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.

Bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya yang sedikit sulit dicari karena memang pada dasarnya sumber sejarah Majapahit dari NagarakertagamaPararaton dan Babad serta tutur turun temurun dari masyarakat. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton (Kitab Raja-raja) dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.

Pararaton sendiri lebih banyak menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos, Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti superanatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena memang sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.

Sejarah Majapahit disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakertagama diawali dengan pembukaan hutan oleh Raden Wijaya yang terletak di Delta Sungai Brantas, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1293. Sebelum berdirinya Majapahit, Singasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa.

Kubilai Khan, penguasa di Tiongkok, Ia mengirim utusan ke Singasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Majapahit secara umum dapat dianggap sebagai titik puncak kebudayaan Hindu Jawa walaupun relatif sedikit yang diketahui tentangnya. Setelah pengulinggan Raja Kertanegara dari Singasari oleh para pemberontak Kediri. dan diambil alih oleh Prabu Jayakatwang Raja Kediri, Raden Wijaya sebagai menantu Kertanegara, dan juga Raden Wijaya adalah anak dari Dyah Lembu Tal, cucu Mahisa Campaka atau Narasinghamurti, Buyut Mahisa Wongateleng dan Canggah Ken Arok dan Ken Dedes. Kertarajasa Jayawardhana atau disebut juga Raden Wijaya nantinya adalah pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja Majapahit pertama yang memerintah pada tahun 1293-1309.

Gelar Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana atau biasa juga dengan gelar Prabu Kertarajasa Jayawardana. Raden Wijaya merupakan nama yang lazim dipakai para sejarawan untuk menyebut pendiri Kerajaan Majapahit. Nama ini terdapat dalam Pararaton yang ditulis sekitar akhir abad ke-15.

Setelah pemberontakan Jayakatwang, Raden Wijaya melarikan diri dari kejaraan para pasukaan Jayakatwang, dan pada saat itu juga Raden Wijaya mencari perlindungan dari Aria Wiraraja shingga pada saat Raden Wijaya datang, penyambutan yang sangat baik dilakukan oleh Wiraraja, ketika penjamuan makan ada sebuah dialog panjang yang dilakukan oleh Wiraraja dengan Raden Wijaya.

Raden Wijaya menyampaikan cita-citanya bahwa ingin mengulingkan Prabu Jayakatwang dan mendirikan kerajaan baru dan menguasai jawa, Wiraraja akan diberi setengah dari kekuasaan Raden Wijaya jika hal itu terjadi, mendengar hal tersebut Aria Wiraraja menyatakan kesedianya akan membantu segala usaha Raden Wijaya, kemudian Wiraraja memberikan saran kepada Raden Wijaya untuk berpura-pura menyerahkan diri ke Prabu Jayakatwang dan Wiraraja juga berpesan agar Raden Wijaya selama tinggal disana untuk menyelidiki kekuatan Kediri kemudian mengajukan permohonan untuk membuka hutan dan tanah tandus di Tarik.

Setelah itu Wiraraja mengirim utusan ke Daha mengirim surat berisi pernyataan bahwa Raden Wijaya menyerahkan diri. Dalam waktu Singkat hutan Tarik berhasil di buka dan menjadi perkampungan baru dengan nama Majapahit, disini Raden Wijaya mulai mempersiapkan pemberontaan ke Jayakatwang.

Pada saat Jawa diserang pasukan Mongol pada 1292 – 1293 yang ingin membalas dendam atas pengusiran utusan Mongol yang dilakukan oleh kertanegara pada 1289. Tidak menyadari perincian politik Jawa, mereka dibujuk oleh putra Kertanegara yaitu Raden Wijaya untuk membantunya mengulingkan pangeran Kediri yaitu Jayakatuwang.

Kerajaan Kediri dikalahkan dan Jayakatwang berhasil dibunuh, Raden Wijaya meminta izin pulang ke Majapahit dengan alasan untuk menyiapkan upeti bagi kaisar Mongol, tanpa ada rasa curiga sedikitpun panglima Mongol mengizinkan bahkan para panglima memberikan pengawal dua orang perwira dan dua ratus prajurit untuk mengawal Raden Wijaya.


Para pengawal Mongol yang mengawal ke Majapahit semuanya dibunuh oleh pasukan Majapahit dan Raden Wijaya kemudian menyerang orang Mongol yang sedang berkubu di Daha dan Canggu mabuk-mabuk mengadakan pesta kemenanggan, pasukan Monggol terdesak dan mundur kelaut dalam kejaraan pasukan Majapahit.

Raden Wijaya kemudian memindahkan ibukota ke Trowulan, mendirikan kerajaan Majapahit dan mengambil nama Kertarajasa Jayawardhana. Mengapa Raden wijaya mengambil nama Abhiseka Kertarajasa Jayawardhana, dijelaskan dalam prasasti tahun 1305 M.

Dikatakan bahwa nama beliau terdiri dari beberapa suku kata yang dapat dipecah menjadi empat kata yakni : Kerta, Rajasa, Jaya dan Wardhana. Unsur Kerta mengandung arti bahwa Raden Wijaya memperbaiki pulau Jawa dari kekacauan, yang ditimbulkan oleh penjahat-penjahat dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat sama dengan matahari yang menerangi bumi, Unsur Rajasa mengandung arti, bahwa Raden Wijaya berjaya mengubah suasana gelap menjadi terang benderang akibat kemenanganya terhadap musuh dengan kata lain Raden Wijaya adalah pengempur musuh, Unsur Jaya mengandung arti, bahwa Raden Wijaya mempunyai lambang kemenangan berupa senjata tombak berujung mata tiga (Trisula muka), karena senjata itu segenap musuh hancur lebur.

Wardhana mengandung arti, bahwa Raden Wijaya menghidupkan Agama, melipat gandakan hasil bumi, bagi kesejahteraan rakyatnya. Pada masa Raden Wijaya terdapat beberapa pemberontakan diantaranya Pemberontakan Ranggalawe, Lembu sora. Yang semuanya dapat diredam oleh Raden Wijaya.

Minggu, 29 September 2019

Legenda Gunung Ukir

ilustrasi
ilustrasi
Dahulu kala ketika zaman Nabi Adam dan istrinya, Siti Hawa, di tanah Jawa sudah ada makhluk menyerupai kera. Manusia belum mengenal adat istiadat dan masih hidup sebagai makhluk liar. Seiring berjalannya waktu terpecah Pulau Jawa menjadi beberapa daerah atau kawasan, makhluk tersebut tidak lagi mengenal siapa tuan mereka. Makhluk yang dinamai berkasaan itu akhimya menjadi makhluk kanibal karena sering memangsa dan meminum darah manusia.


Pada suatu ketika, datang utusan dari Tibet bemama Raam ke Jawa. Utusan pertama Tibet itu dibunuh. Pada. waktu lain, Tibet mengirim utusan kedua. Utusan kedua juga dibunuh. kerajaan Tibet tidak berhenti mengirim utusan, tetapi utusan ketiga dan keempat pun bemasib sama dengan Raam. Sesampai di tanah Jawa, mereka pun dibunuh. Hingga san1pailah pada utusan kelima, yaitu Ajisaka.

ketika Ajisaka datang, tanah Jawa berada di bawah kekuasaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu Dewata Cengkar adalah raja yang bengis dan berwatak kanibal. Ia masih melakukan kesenangan-kesenangan yang tidak beradab seperti makan dan minum darah manusia. Ia berkeyakinan bahwa sifat dan sikapnya tersebut terjadi karena pengaruh roh-roh jahat zaman dulu.

Sebelum berangkat ke tanah Jawa, Ajisaka sudah mengetahui keadaannya berdasarkan pengalaman-pengalaman utusan sebelunmya. Sehingga persiapan menghadapi Raja Dewata Cengkar harus dengan cara yang berbeda, untuk menyiasatinya, sehingga ketika satang ditanya nama dan asalnya dengan nada yang marah.

"Ampun Paduka. Hamba datang dari negeri nun jauh di seberang. Negeri Tibet, Paduka," Belum selesai Ajisaka meneruskan jawabannya, Dewata Cengkar menyela 'Tibet?! Apakah kau sudah mendengar bagaimana nasib teman-temamnu?
Ampun, Paduka. Hamba sudah mengetahui nasib teman-teman hamba yang diutus kemari, (jawab Ajisaka tetap menunduk).

Lantas apakah kau ingin m~yusul mereka? Beraninya memasuki wilayah sini (Prabu Dewata Cengkar menggertak congkak). "Ampun, Paduka. Hamba tidak bermaksud demikian. Kedatangan hamba ke sini hanya ingin menyampaikan pesan"
"Apakah kau tahu peraturan di negeri ini? Setiap orang asing yang datang harus dibunuh!" "Silakan Paduka bunuh hamba, tapi izinkan dulu hamba menyan1paikan pesan" "Kau hanya mengulur-ulur waktu saja."

Akhimya, setelah terjadi perdebatan alot, Ajisaka berkata, Wahai Prabu Dewata Cengkar, Prabu boleh membunuh dan memakan hamba, tetapi hamba ingin mengajukan satu syarat.
Apa syarat ? Belum ada yang pemah mengajukan syarat apa pun kepadaku!" Dewata Cengkar mulai murka. Akan tetapi, sejenak kemuelian ia berkata, Baik, apa syarat yang ingin kau minta? Aku sudah tidak sabar untuk menjadikanrnu makan siangku. (sambil tertawa)."

"Hamba hanya minta sall1 jengkal tanah di daerah kekuasaanmu ini," jawab Ajisaka.
"Biarlah sejengkal tanah itujadi penanda bahwa hamba pemah datang kemari. Itu saja."
''Tanah? Sejengkal? Kalau itu buat mengubur tulang-tulangmu, ambillah seberapa yang kau mau."
"Hamba ingin mengukur luas tanah itu menggunakan surban yang hamba pakai ini.

Caranya, hamba akan bentangkan surban ini dihadapan Paduka, dan setiap kali surban ini hamba bentangkan, Paduka harus mundur sesuai dengan bentangan surban," terang Ajisaka. "Kau mau mengajakku bermain-main?" Dewata Cengkar gusar.

"Ampun Paduka. Ini hanya untuk menunjukkan bahwa paduka adalah raja yang berani dan bersifat ksatria," bujuk Ajisaka.
Akhimya, syarat itu disetujui oleh Prabu Dewata Cengkar. Prabu Dewata Cengkar menganggap syarat yang mudah. Ia sudah tidak sabar ingin menghabisi Ajisaka. Ajisaka mulai membuka surbannya, dan setiap kali surban dibuka, Prabu Dewata Cengkar mundur sejengkal. Surban dibuka lagi, Dewata Cengkar mundur sejengkal lagi.

Ajisaka terus melakukan hingga akhimya tiba eli pantai selatan Pulau Jawa. Karena kesaktian dan kecerdikannya, ia dapat membawa Prabu Dewata Cengkar sampai ke laut selatan hanya dengan menggunakan sehelai kain ikat kepala. Ajisaka merasa bahwa upayanya tersebut juga merupakan bukti kekuasaan dan kehendak Sang Hyang Widi Wasesa.

Akhimya, tanpa sadar Prabu Dewata Cengkar sudah berada di bibir jurang tepi laut. Satu kiba:;an terakhir surban Ajisaka menyebabkan Prabu Dewata Cengkar jatuh terperosok ke laut dan akhirnya tenggelam. Selanjutnya dikisahkan bahwa Prabu Dewata Cengkar berubah menjadi buaya putih yang menguasai daerah di sekitar pantai tersebut.

Pada saat ill1lah Ajisaka berikrar dan mengatakan bahwa tenggelamnya Dewata Cengkar merupakan akhir dari sebuah ketamakan dan kerakusan, akhir dari sebuah ketidakbaikan.Sejak saat itu, segala ketidakbaikan selalu dibuang ke laut selatan.

Kemudian Ajisaka membangun sebuah pertapaan berupa candi di Gunung Arjuna, tempat itu dibangun juga sebuah padepokan yang dirlan Indrakila, sebuah Pesanggrahan Mentalamariyem dan Semar Kiai Badranaya. Menurut kepercayaan, puncak Gunung Arjuna sebenamya terpenggal dan penggalannya adalah sebuah gunung yang diberi nama Gunung Ukir yang berlokasi eli perbatasan antara Singosari dan Kediri.

Disebut Gunung Ukir karena gunung batu yang dipindahkan oleh para punakawan tersebut oleh Tunggul Wulung diganden (diukir dan ditatah) untuk diambil batu-batunya. Beberapa orang menyebutnya sebagai mbah watu ganden (ukir atau pahat). Batu-batu yang diganden diisi yoni oleh Tunggul Wulung sebelum dibawa oleh para punakawan ke tempattempat lam untuk pembuatan candi. Sejak saat itulah gunung batu tersebut diberi nama Gunung Ukir yang berarti gunung yang diukir.

Akulturasi Budaya Cina di Lasem

budaya cina dilasem
budaya cina dilasem

Wilayah jawa sejarah mencatat bahwa mempunyai kerajaan memimpin wilayah masing-masing sehingga adanya kebijakan otonomi/masing-masing wilayahnya, maka tiada keharmonisan jika suatu wilayah tersebut dengan latar belakang yang berbeda tanpa didasari saling menghormati dengan lainnya, lalu bagaimanakah keharmonisan orang jawa dengan orang cina dijawa sedangkan keduanya mempunyai warna kulit dan latar belakang yang berbeda ?

Sabtu, 28 September 2019

Peran Ibu dalam Mendidik Anak

ilustrasi kasih ibu
ilustrasi kasihh iu

Ibu merupakan orang tua yakni perempuan karena sebuah ikatan suami atau istri  atau tidak secara biologis adalah seorang ibu yang telah melahirkan anak dari kecil atau sampai besar yang senantiasa mendidik dan mengasihi anak. Bahkan orang yang rela mempertaruhkan nyawa demi lahirnya sang buah hati. Ibu adalah sosok paling penyayang yang dengan penuh kesabaran merawat sang bayi mungil, yang setiap keinginannya hanya dibahasakan dengan tangisan, bahasa yang terkadang menjengkelkan bagi sang pendengar.

Cinta ibu juga yang membuat sang anak mampu menghadapi masa remaja yang penuh dengan emosi, gejolak muda yang agak sulit terkendali. Tapi, semua itu terasa mudah dilalui melalui perhatian ibu yang penuh kasih

Ibu adalah seorang yang sangat berperan penting dalam merawat anak atau mendidik anak agar bisa mempunyai kepribadian yang baik. Sehingga kepribadian anak yang baik itu tidak lepas dengan kasih sayang seorang ibu yang begitu besar terhadap anak.

Ajaran Nabi yakni islam menganjurkan menanamkan rasa kasih sayang. Karena islam sesungguhnya adalah kasih sayang. Walaupun kita mungkin beda agama, beda pandanngan, beda aliran, juga beda politik. Rasa kasih sayang semestinya kita junjung tinggi.

Dalam sebuah cerita sahabat beliau Umar bin Khattab masuk surga karena bersikap kasih dan sayang terhadap seekor burung, yang dia tidak tega dipermainkan oleh seorang anak berbuat kasih dan sayang terhadap bintang saja ada balasannya, apalagi terhadap sesama manusia Secara biologis, wanita memiliki hati yang lebih lembut dibandingkan laki-laki.

Ia memiliki kepekaan dan sensitivitas yang lebih, perasaanya lemah lembut sehingga mudah berimpati. Ia lebih mudah merasakan kondisi yang sedang terjadi sehingga ia bisa menjadi tempat bersandar dari masalah-masalah yang ada.

Suatu ketika Rasulullah mengadukan ketakutan kepada istrinya (turun wahyu pertama), Dengan sederhana setenang mungkin, Khodijah mengkondisikan Rasulullah, ia menyelimuti beliau dan meyakinkan bahwa ia akan ada di sisi Rasulullah. Hal sderhana itu ternyata mampu menenangkan kegelisaan Rasulullah. Realitas kasih sayang yang dituntut oleh agama ialah seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw.

Rasul  mengajarkan bahwa ukuran kasih sayang optimal yang semetinya diberikan kepada makhluk Allah adalah seperti kasih sayang pada diri sendiri. Sebaliknya jika kasih saying pada diri sendiri tidak berbanding lurus dengan kasih sayuang pada orang lain, Rasulullah menilainya dengan sebutan tidak beriman. Dengan demikian, kualitas keimanan menunjukkan kepekaan rasa untuk mengasihi orang lain.
  1. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis dan Psikis
Sering dikatakan bahwa Ibu adalah jantung dari keluarga. Jantung dalam tubuh merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Apabila jantung berhenti berdenyut maka orang itu tidak bisa melangsungkan hidupnya. Dari perumpaan ini bisa disimpulkan bahwa kedudukan seorang ibu sebagai tokoh sentral, sangat penting untuk melaksanakan kehidupan.
  1. Peran Ibu dalam Merawat dan Mengurus Keluarga dengan Sabar, Mesra dan Konsisten.
Ibu mempertahankan hubungan-hubungan dalam keluarga. Ibu menciptakan suasana yang mendukung kelancaran perkembangan anak dan semua kelangsungan keberadaan unsur keluarga lainnya. Seseorang ibu yang sabar menanamkan sikap-sikap, kebiasaan pada anak, tidak panik dalam menghadapi gejolak di dalam maupun di luar diri anak, akan memberi rasa tenang dan rasa tertampungnya unsur-unsur keluarga.
  1. Peran Ibu Sebagai Pendidikan yang Mampu Mengatur dan Mengendalikan anak.
Ibu juga berperan dalam pendidikan anak dan mengembangkan kepribadiannya. Pendidikan juga menuntut ketegasan dan kepastian dalam melaksanakannya. Biasanya seorang ibu sudah lelah dari pekerjaan rumah tangga setiap hari, sehingga dalam keadaan tertentu, ituasi tertentu, cara mendidiknya dipengaruhi oleh emosi. Misalnya suatu kebiasaan yang seharusnya dilakukan oleh anak, anak tidak perlu melakukannya, bila ibu dalam keadaan senang. sebaliknya bila ibu sedang keadaan lelah, maka apa yang harus dilakukan anak disertai bentak-bentakan.
  1. Ibu Sebagai Contoh dan Teladan.
Dalam mengembangkan kepribadian dan membentuk sikap-sikap anak, seorang ibuperlu memberikan contoh dan teladan yang dapat diterima.
  1. Ibu Sebagai Manajer yang Bijaksana.
Seorang ibu menjadi manajer di rumah. Ibu mengatur kelancaran rumah tangga dan menanamkan rasa tanggung jawab pada anak. Anak pada usia dini sebaiknya sudah mengenal adanya peraturan-peraturan yang harus diikuti. Adanya disiplin di dalam keluarga akan memudahkan pergaulan di masyarakat kelak.
  1. Ibu Sang Pemberi Pelajaran.
Seorang Ibu juga memberi rangsangan sosial bagi perkembangan anak. Sejak masa bayi pendekatan Ibu dan percakapan dengan ibu memberi rangsangan bagi perkembangan anak, kemampuan bicara dan pengetahuan anak.

Peran Ibu Dalam Mendidik Anak Selain ibu berperan dalam kelarga ibu sangatlah berperan penting dalam mendidik anak, bahkan seorang ibu mendidik kepada anak itu sejak dalam kandungan lalu lahir bahkan dewasa adalah sebagai pendidik sejati.

Ketika bayi mulai bisa menendang-nendang perut ibunya dalam kandungan, atau ketika bayi mengajak begadang ibu yang telah capek dan mengantuk, proses interaksi antara ibu dan anak mulai berlangsung. Orang tua mulai menjalani komunikasi dengan anak, sekaligus mengembangkan sikap-sikap terhadapnya.

Begitu pun ketika bayi lahir dan mulai memenuhi rumah orang tuanya dengan tangis, terjadi proses pendidikan akhlak. Tangis bayi bisa ditanggapi bermacam-macam oleh orangtua. Sebagi bahagia sekali karena inilah saatnya ia merasakan lengkapnya hidup sebagai manusia, sebagai suami atau istri sempurnalah makna pernikahan dengan hadirnya bayi sebagai pengikat kasih sayang.

perempuan mempunyai kedudukan yang istimewa dalam kehidupannya. Ia adalah istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Ibu bagi seorang anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci. Anak ibarat kertas putih yang siap ditulis apa saja dan menggunakan tinta warna apa saja. Seorang ibu dibebani tugas berat nan mulia untuk mengisi kertas putih tersebut dngan tulisan yang fitrah sebagaimana dituntunkan oleh agama yang fitrah, islam.

Ibu sebagai pendidik dan membesarkan anak adalah pekerjaan yang maha berat. Diperlukan ketekunan, kesabaran, serta kejelian untuk mengenal karakter dan jiwa anak, sehingga dapat dengan mudah mendidiknya.

Anak dilahirkan dalam keadaan suci yang harus dipertahankan oleh orangtua, terutama ibunya yang setiap hari berinteraksi dengan mereka. Karena posisinya yang amat signifikan dalam mendidik anak, seorang ibu diwajibkan membekali diri dengan metodologi pendidikan anak yang islami memahami psikologi anak, membekali dengan pengetahuan tentang tanggung jawab terhadap anak, mempersiapkan diri agar mampu memberikan alternative dan jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh anak. Dengan demikian, seorang ibu benar-benar mengerti akan tanggung jawab tehadap anak.

Seorang ibu juga mendidik anak dalam segi akhlaknya, akhlak menyagkut cara anak berbicara, bersikap, dan bertingkah laku. Agar sesuai dengan ajaran islam, anak harus dibiasakan berperilaku mulia sejak kecil.

Orang tua harus membinanya dengan memberikan suri teladan yang baik. Mengingat anak mudah sekali meniru dan menyerap apa yang ia lihat dan mendengar dari orang-orang di sekelilingnyaSuasana rumah yang kondusif, yang dipenuhi dengan nilai-nilai moralitas keamanan, akan sangat mendukung anak bersikap dan bertingkah laku santun dan islami.  Di antara nilai-nilai moralitas yang harus ditanam kepada anak sejak dini, antara lain.
  1. Berkata jujur, santun , dan sopan
  2. Kasih sayang terhadap sesama, kepada hewan, dan tumbuhan
  3. Hormat dan patuh kepada orang tua.
  4. Membiasakan berdoa setiap beraktivitas, seperti makan, tidur dan lain-lain
  5. Hormat kepada kakak dan orang yang lebih usianya.
  6. Memohon dan member maaf
  7. Adab sehari-hari
  8. Adab bertamu dan menerima tamu, dan lain-lain 




Jumat, 27 September 2019

Penyebaran Islam ditanah Tuban

Berdasarkan catatan sejarah dan bukti-bukti peninggalan historis diketahui kurang lebih lima anggota Wali Songo sebagai penyebar Islam di wilayah teritorial Jawa Timur. Salah satu paling tua Syekh Maulana Malik Ibrahim sebagai wali perintis yang mengambil wilayah dakwahnya di Gresik dan setelah Maulana Malik Ibrahim wafat digantikan posisinya oleh Sunan Giri yang juga menyebarkan Islam yang berpusat di Gresik. Sunan Ampel menyebarkan Islam yang berpusat wilayah Surabaya, Sunan Bonang menyebarkan Islam di wilayah Tuban dan Sunan Drajad di wilayah Sedayu.

Makan Maulana Malik Ibrahim
Makam Maulana Malik Ibrahim

Kamis, 26 September 2019

Mitos Terhadap Lanjar Maibit

Sesosok Sri Panganti atau yang dikenal dengan sebutan Lanjar amibit cerita Rakyat Desa Maibit Kec. Rengel tetangga Desa Pekuwon Tuban. Sebab kecantikannya menjadi para lelaki berdatangan berbagai daerah untuk memilikinya dari kawasan Rengel, Soko, dan beberapa daerah lain. Terakhir kali ia diintip oleh Dalang  dari Maner. Dalang tersebut naik pohon Kedoyo. Oleh karena itu, sampai sekarang, pohon Kedoyo di Sendang Maibit selalu tumbuh silih berganti. Apabila satu pohon mati, pasti tumbuh pohon kedoyo yang lain.

Janda kembang ilustrasi
ilustrasi janda kembang

Sri Panganti sesosok Janda Kembang yang menjadi wanita incaran para lelaki, namun kecantikannya yang mengubah pandangan lelaki menjadi menjadi sempurna ketika memandangnya, sehingga menjadi laki-laki jatuh hati padanya. Namun sebab kecantikannya mengakibattkan malapetaka padanya hingga saat ini ceritanya tersebut dikenang oleh masyaralkat sekitar, dan atas dasar peristiwa padanya memberikan dampat mitos pada mindset masyarakat seakan-akan di sakralkan.
  1. Mitos Nyadran/Manganan
Menjelang masa peralihan antara musim hujan/rendeng memasuki musim ketigo (kemarau). Masyarakat menyebut tradisi ini dengan Siratan Maibit, karena dalam salah satu rangkaian tradisi ritual budaya Manganan, mereka akan saling melempar air sendang/sirat setelah melakukan doa secara bersama. Acara tersebut setiap hari Rabu Legi usai musim panen.

Menurut kasturi salah satu warga desa maibit menyatakan bahwa sebelum dilakukannya siratan para tokoh yang memimpin acara tersebut terlebih dulu melakukan permbersihan yang dilakukan pada sumber mata air hingga didoakannya oleh para sesepuh.

Dalam acara tersebut masyarakat membawa tumpeng dan makanan yang dibawa warga untuk meramaikan tradisi nyadran dikumpulkan menjadi satu. Sementara makanan yang diniatkan untuk nadzar, biasanya diserahkan kepada Modin (tokoh agama) untuk didoakan menggunakan cara islam dan dimakan bersama warga atau pengunjung dari luar yang datang ke lokasi sendang maibit.

Masyarakat setempat banyak mempercayai bahwa dengan cara mengusap wajah anaknya dengan air yang berasal di salah satu kolam sendang maibit. Sendang ini, dipercaya merupakan sendang pertama yang digunakan Sri Pangenti untuk mandi dan membersihkan diri. Secara filosofis, mereka berharap si anak selalu sehat dan terjaga kehidupan masa depannya, serta mewarisi kebajikan dari Sri Panganti.

Ketikia acara tersebut berlangsung ada juga masyarakat yang membawa cok bakal (sesaji), berisikan bunga setaman, merang ketan ireng, beras ketan, telur kampung, ikan asin, kelapa, dan uang logam. Mitos masyarakat terhadap cok bakal dilakukan tepatnya di pinggir salah satu lubang di pinggir sendang yang dipercaya sebagai wadah peralatan mandi milik Sri Pangenti. Keberadaan cok bakal ini dipercaya sebagai pertanda pengharapan adanya energi positif dalam kehidupan bermasyarakat, simbol kesejahteraan, serta bunga setaman yang dipergunakan sebagai pengharum dan pewangi lingkungan.

Prosesi terakhir adalah melakukan siratan, proses ini dilakukan tepat di tengah pertunjukan wayang yang dimainkan sang dalang. Biasanya dilakukan tengah hari sebelum waktu beristirahat. Sejenak, dalang menghentikan permainannya untuk memberikan waktu kepada warga, lengkap dengan perangkat desa untuk melakukan prosesi siratan.

Kepala Desa mengawali siratan tersebut lengkap dengan semua perangkat laki-lakinya membawa beberapa tumpeng berupa nasi, bumbu pelengkap, ayam panggang, dan tusukan daging sapi turun ke salah satu bagian sendang. Letaknya persis dialiran sendang yang dibuat menuju bendungan. Dimana, ada satu kayu yang dipercayai sebagai peninggalan sejak jaman Sri Panganti masih hidup.

Sesampainya Kepala Desa dan perangkat desa masuk ke bagian sendang, mereka kemudian meletakkan makanan dan tumpeng di atas kayu yang memang terpasang melintang. Beberapa warga tampak mengikuti langkah yang dilakukan para perangkat desa dengan ikut berendam di dalam sendang, sedangkan masyarakat lainnya mengikuti pinggiran acara.

Ritual ditutup dengan berdoa, secara mengejutkan dilemparkannya makanan dan melemparkannya ke beragam penjuru. Bersamaan dengan itu, baik warga atau perangkat desa saling menyiratkan air ke segala penjuru sembari bercanda. Warga sebelumnya masih berada di atas sendang juga terlihat antusias dengan ikut masuk ke dalam sendang.

Ritual yang dipimpin oleh tokoh ddesa Maibit sebagai bentuk kepercayaan terhadap peristiwa benar-benar terjadi pada legenda Sri Panganti yang suka mandi di sendang tersebut dan bermain-main dengan air.

Masyarakat sekitar juga mempercayai, kalau itu merupakan wujud doa sebagai rasa syukur atas karunia Tuhan berupa keberkahan berupa sumber air yang melimpah. Air adalah simbol keberkahan, dengan menyiratkannya ke segala penjuru dengan harapan keberkahan.

Wajar apabila masyarakat Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, masih merawat keberadaan sumber mata air yang mereka sebut sendang maibit. Terlepas dari cerita rakyat disertai dengan tradisi unik yang mereka jalankan, Sendang maibit/tempat pemandian Sri Panganti merupakan berkah dari Tuhan yang dikirimkan untuk masyarakat Maibit.

Sendang Maibit merupakan bagian mata air masyarakat yang mengairi lebih dari 100 hektar lahan pertanian milik warga. Bahkan sebagian air juga mengairi lahan masuk wilayah Desa Pekuwon ikut mendapatkan aliran air dari sini.

Masyarakat tetap bersyukur terhadap sumber mata air sebab ketika musim kemarau, di mana banyak mata air yang kering. Aliran air dari sendang maibit terus mengalir sepanjang musim. Bahkan volume air dirasa tidak pernah surut, dan selalu cukup bagi petani desa setempat. Air yang bersih juga dimanfaatkan untuk warga sebagai air minum dan mengolah makanan.

Cerita rakyat dari Desa Maibit sepertinya juga terkait dengan desa-desa yang lain. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya pengunjung yang kerap datang ke lokasi untuk mengadakan nyadran atau manganan. Terutama masyarakat dari Desa Temayang, Kecamatan Kerek, yang meyakini kalau akhir kisah hidup Sri Penganti berada di desa tersebut.

ilustrasi sesajen
ilustrasi sesajen

Sumber Air ini menjadi ajang pemersatu warga Desa Maibit, Air ini juga menjadi kunci utama ikatan sosial masyarakat Maibit. Penamanan warga butuh air ini menjadi media efektif untuk menjaga lingkungan. Air tidak boleh menyusut debitnya. Untuk menjaga debit air, salah satu cara yang dapat dimasukkan dalam ideologi adalah tulah karena ulah.

Di satu sisi, warga masih mengeramatkan air karena mitos cerita Lanjar Maibit. Di sisi yang lain, sumber mata air harus dijaga debitnya bahkan harus dijaga kejernihannya. Gerakan untuk menjaga kejernihan mata air Sendang Maibit dilakukan dengan pembersihan sumber air dan reboisasi hutan rakyat di Kawasan Sendang. Hutan rakyat menjadi sakral dengan ditanamkan bahwa di hutan rakyat adalah kerajaan dedemit, sarang makhluk gaib. Untuk menebang pohon harus melalui tahap-tahap ritual.
  1. Mitos Air terhadap Lanjar Maibit
Secara sadar ataupun tidak sadar masyarakat maibit memiliki ikon budaya yang menarik. Ikon tersebut berupa perempuan, air, dan mitos. Desa Maibit terkenal dengan tokoh perempuan yaitu Lanjar Maibit. Ketokohan tersebut sebagai identitas masyarakat Maibit.

Keberadaan sumber mata air tersebut potensi wisata yang digagas oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Tuban tidak lepas dari keberadaan Sendang Maibit, Dinas Pariwisata tersebut memanfaatkan Sendang Maibit sebagai salah satu destinasi wisata regional di Rengel selain Goa Ngerong, selain itu wisata Sendang Maibit juga sebagai ajang memperkenalkan bahwa didesa tersebut mempunyai keistimewaan dan keunikan tersendiri dibanding desa lainnya.

Kepercayaan yang melingkupi masyarakat, dalam hal ini Masyarakat Maibit dan sekitarnya, bahwa pertempuran sumber mata air tersebut dapat mempercepat penemuan jodoh. perjaka tua atau perawan tua yang menginginkan cepat mendapatkan jodoh, dapat mandi di pertempuran sumber.

Masyarakat Desa Maibit juga mempercayai bahwa air Sendang Maibit dapat digunakan untuk mengencangkan kulit wajah dan tubuh. Mandi dengan ritual di Sendang Maibit dapat menjadikan kulit manusia tetap muda.

Rabu, 25 September 2019

Janda Kembang Lanjar Maibit

Cerita rakyat merupakan sebuah cerita yang unik yang kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi hingga sampai sekarang masih dikenang dan sifatnya turun menurun, berkembangnya cerita rakyat melalui lisan ke lisan dan diakui oleh masyarakat.
Beberapa minggu lalu sayapun beberapa kali mempertanyakan kebenaran siapa itu Lanjar Maibit, mengapa sampai sekarang namanya dikenang masyarakat setempat sehingga beberapa kali wawancara termasuk teman saya yakni Zudi, asli dari Desa Maibit menyatakan yang sama.
kembang desa ilustrasi
ilustrasi Janda Kembang
Masyarakat sekitar mengakui cerita Lanjar Maibit sebagai cerita yang harus dikenang dan jangan sampai dilupakan, sebab asal muasal nama desa juga tidak lepas dari cerita rakyat  yang sampai sekarng dipakai nama sebuah desa, namun sejak kapan cerita ini berwal sehingga sampai sekarang masih dikenang oleh masyarakat sekitar, dan mengapa masyarakat sekitar menamakan sebagai Lanjar Maibit ? Bukankah nama asli adalah Sri Panganti.
Bahwa tepat tahun kejadiannya belum pasti namun masyarakat sekitar mengatakan dahulu sesosok Lanjar Maibit atau Sri Panganti hidup diwilayah dekat sendang/tempat pemandian Desa Maibit, yang mana awalnya beliau tinggal dengan tokoh legenda yang katanya orang sakti yakni mbah bibit bersama adiknya yang bernama Joko Grenteng.
Konon katanya nama Lanjar Maibit merupakan nama yang berasal dari Lanjar artinya seorang janda yang mana selama menikah belum pernah melakukan hubungan suami istri, lalu kata Maibit berasal dari nama yang diambil dari sesosok orang sakti ketika sang Sri Panganti lari dari wilayah kediri dan singgah dirumah mbah bibit sehingga dinamakan maibit.
Salah satu tokoh setempat atau juru kunci yakni Supardi juga menyatakan bahwa Mbah Bibit adalah salah satu tokoh yang mempunyai kesaktian dan melindungi Sri Panganti dari kejaran orang-orang yang berniat mempersuntingnya.
Memang sesosok Sri Panganti diceritakan sebagai salah seorang perempuan masa lampau yang melarikan diri dari Kediri. Dalam usaha melarikan diri tersebut, Sri Panganti terpaksa bersembunyi di rumah Mbah Bibit, yang kemudian hari akrab di lidah masyarakat dengan Maibit.
Sri Panganti memang cantik dan jelita sebab waktu itu banyak lelaki yang tidak jarang jatuh hati padanya dan tidak jarang pula berminat untuk mempersuntingnya sebagai kekasih, namun banyak laki-laki ketika datang untuk meminangnya tapi Sri Panganti/Lanjar Maibit menolaknya.
Dalang Budoyo dari maner sekarang menjadi Desa Maner merupakan laki-laki yang pernah jatuh hati pada sang lanjar maibit, ada  juga Minak Jepolo dari Logawe pernah jatuh hati pula dengan sesosok janda cantik.
Sri Panganti memang memilah pasangan namun dari sekian lelaki yang menyukainya, Sri Panganti memilih dan menerima pinangan dari lelaki yang bernama Minak Anggrang, pemuda yang tampan yang berasal dari Padangan Anak Bupati Padangan. Hingga akhirnya dipersunting namun karena ketidaktahuannya sang Lanjar Maibit Bersama Adiknya Berdua dianggap selingkuh.
Sang suami menuduhnya telah berselingkuh dengan pemuda ini yakni Joko Grenteng, yang tidak lain adalah adik Sri Panganti sendiri. Untuk memperoleh kebenaran, Joko Grenteng dan Sri Panganti setuju untuk melakukan bunuh diri dengan mengubur diri hidup-hidup. Sebab itu permintaan Minak Anggrang. Jika posisi kepala mayat mereka berdua berbeda dengan posisi saat mereka di kubur, artinya memang bersaudara dan tidak bersalah.
Setelah beberapa hari atas kematian dari sang Lanjar dan adiknya, Minak Anggrang menemukan fakta ternyata posisi kepala mereka berdua berbeda dengan posisi mereka pada saat di kubur. Nasi sudah menjadi bubur Minak Anggrang sangat menyesal.
Kisah sangat memilukan antara Minak Anggrang dengan Lanjar Maibit yang harus berahir dengan penuh penyesalan, sehingga dengan cerita tersebut masyarakat meyakini untuk senantiasa menghormati kemurnian aliran air yang mashur ini disebut Sendang Lanjar Maibit/Sendang Maibit.
Masyarakat setempat merawat sendang tersebut hingga menjadi sebuah kolam besar tidak jauh dari sumber airnya dibangun semen pinggirannya, Masyarakat sekitar memanfaatkan air untuk irigasi hingga menjadi sumber kebutuhan air bersih menuju rumah-rumah penduduk.
Menurut pernyataan Supardi sendang maibit atau tempat pemandian Sri Panganti dahulu itu mulai tersentuh pembangunan baru pada tahun 1983, Saat itu dibangulah tanggul yang memiliki dua pintu, yang dimanfaatkan sebagai pengendali pemerataan irigasi.
Tempat pemandian sang Lanjar Maibit hingga saat ini terus dirawat dan dibangun oleh masyarakat desa sekitar sebagai ajang wisata air Desa Maibit, yang dahulunya Lanjar Maibit pernah mandi ditempat tersebut masih terdapat pohon besar tatkala dipanjat oleh Dalang Budoyo mengintip sang Lanjar ketika mandi, saat ini pohon besar tersebut dan tempat pemandian masih ada digunakan.
Baca Artikel Terkait

berada disendang maibit
Sendang Maibit

Tradisi Manganan Perahu Desa Panyuran


manganan perahu tuban

Desa Panyutan Kota Tuban masih memegang tradisi manganan perahu merupakan bagian dari tardisi masyarakat desa Panyuran kecamatan Palang kabupaten Tuban yang sudah ada sejak zaman dahulu, tetapi tradisi ini berbeda dengan apa yang diketahui masyarakat luas yang disebut dengan nglarung laut adalah tidak sama.

Menurut pernyataan masyarakat setempat titik awal yang mengharuskan tradisi ini belum diketahui oleh masyarakat setempat sebab sudah sejak dahulu tradisi ini berlangsung bahkan bercampur dengan nilai budaya hindhu sebelum islam masuk Tuban.

Selasa, 24 September 2019

Siapa Itu Ranggalawe ?

ronggolawe


Mengapa sekarang sangat terkenal nama dari sesosok Ranggalawe (orang Tuban menyebutnya Ronggolawe), saya pikir perlu menelisik lebih jauh latar belakang dan hubungannya dengan kerajaan Majapahit itu. Sumber mengenai Ronggolwe asal usulnya banyak literatur yang mengatakan jika ia adalah keturunan orang besar, lebih tepatnya adalah putra Arya Wiraraja sebagai penasehat Raja, lalu siapa sebenarnya sesosok Ronggolawe itu ?

Selasa, 10 September 2019

Asal Usul Kepercayaan Masyarakat Jawa


Ponokawan


Masyarakat Jawa atau tepatnya suku bangsa Jawa, secara antropologi budaya adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai dialeknya secara turun temurun sampai pada generasi sekarang ini.

Masyarakat Jawa yang mengidentifikasi diri mereka sebagai orang-orang yang menjunjung tinggi sifat-sifat leluhur dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa, baik itu orang Jawa yang berada di pulau Jawa, ataupun orang Jawa yang berada diluar pulau Jawa bahkan seseorang dapat mengetahui orang itu adalah orang jawa tanpa harus menanyakan orang dikarenakan logat bahasa yang menandainya.

Dalam perspektif sejarahnya banyak versi titik awal orang jawa awalnya, sehingga para penghuni pulau Jawa, dulunya adalah para pengembara yang handal di alam belantara Jawa. ada juga yang mengatakan suku jawa dari kerajaan kling memasuki tanah jawa atas kondisi tidak memungkinkan, sehingga kerajaan ini mengembara dan menemui pulau yakni jawa hingga babat alas jawa. Dengan terus menerus mempelajari gejala alam serta kekuatan yang tersembunyi dibaliknya, mereka pada akhirnya mampu mengenal dan memahami kekuatannya sendiri.

Dalam menjalani kehidupan, orang Jawa selalu mengacu pada budaya leluhur yang turun temurun. Leluhur dianggap memiliki kekuatan tertentu. Kepercayaan terhadap roh leluhur menyatu dengan kepercayaan terhadap kekuatan alam yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia, itu menjadi ciri utama bahkan memberi warna khusus dalam kehidupan religiositas serta adat istiadat masyarakat Jawa.

Dalam sebuah kitab Murwakala atau kejadian asal mula, hidup selaras dengan alam semesta merupakan keutamaan tersendiri bagi kehidupan orang Jawa tempo dulu. Salain itu orang Jawa tempo dulu juga sangat memperhatikan bagaimana berhubungan dengan Sang Khalik.

Keyakinan semacam itu terus terpelihara dalam tradisi dan budaya masyarakat Jawa, bahkan hingga saat ini masih dapat disaksikan berbagai ritual yang jelas merupakan peninggalan jaman tersebut. penghayatan terhadap Realitas Mutlak (Tuhan).

Realitas Mutlak diwujudkan dalam berbagai ekspresi ritual. Sedangkan untuk memperkokohnya diperlukan manifestasi tingkah laku atau perbuatan yang bernuansa religi. Meskipun secara lahiriyah mereka memuja kepada ruh, dan juga kekuatan lain, namun esensinya tetap terpusat kepada Tuhan. Jadi agama Jawa yang dilandasi sikap dan perilaku mistik, dalam kepercayaan mereka tetap tersentral kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan adalah sumber anugrah, sedangkan roh leluhur dan kekuatan sakti dianggap sebagai perantara (wasilah).

Tingginya religiositas masyarakat Jawa tersebut, membentuk keyakinan yang bersifat dinamis. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya berbagai mitos dan kepercayaan masyarakat yang berasal dari berbagai kisah dan tindakan yang merupakan hasil perpaduan kebudayaan zaman Jawa Asli (kapitayan atau oleh sejarawan belanda disebut dengan istilah animisme dan dinamisme), kebudayaan zaman Jawa saka (Hindu-Budha), dan kebudayaan zaman pra-Islam lainnya yang masih bertahan di zaman moderen ini.

Di sepanjang sejarahnya, segala jenis pengaruh kebudayaan yang berasal dari luar selalu berkembang sesuai dengan perkembangan sosial budaya dan akhirnya membentuk wujud baru tanpa meninggalkan ciri khas kejawaannya yang tradisional.

Mengenai hal ini, Mulder mengakui bahwa budaya Jawa memiliki kekuatan dan kemampuan integritas untuk menemukan jalan serta menyesuaikan diri dengan dunia baru dan perubahan sosial.
Jauh sebelum agama-gama baru yang berketuhanan seperti Hindu- Buddha, Kristen, mendatangi Jawa, masyarakat Jawa telah memiki kepercayaan asli yang bersifat metafisik atau kekuatan yang berada di luar dirinya yang termaniestasikan dalam kepercayaan Kapitayan atau yang lebih populer dengan animisme-dinamisme.

Setelah agama-agama baru datang, masyarakat Jawa terlibat dalam proses akulturasi bahkan sinkretisasi agama dan budaya baru dengan dimensi dan muatan agama dan budaya Jawa sendiri. Keyakinan campuran antara agama formal dengan keyakinan yang mengakar kuat di kalangan masyrakat Jawa dalam kepustakaan budaya disebut dengan kejawen.

Kata Kejawen berasal dari kata Jawa, sebagai kata benda yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu segala yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa (kejawaan). Dalam situasi kehidupan keagamaan orang-orang Jawa yang demikian kompleks dan majemuk, sebagaimana yang telah digambarkan di atas, kedatangan Islam sebagai agama baru di Jawa membawa perubahan keagamaan yang kemudian berdampak bagi kehidupan sosial, budaya, dan politik.

Kepercayaan orang Jawa, Itulah mengapa tampilan agama Islam di Jawa mempunyai karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan agama-agama baru lain yang berada di Jawa. Islam mencoba masuk ke dalam struktur budaya Jawa dan mengadakan infiltrasi ajaran-ajaran kejawen dengan nuansa Islam.

Hingga pada akhirnya orang Jawa, secara fisik masih mempertahankan budaya asli Jawa namun secara ruhaniah bernapaskan Islam, sehingga menghasilkan kombinasi yang terlihat pada ungkapan Islam gaya Jawa yang kemudian melahirkan suatu agama yang dikenal dengan Islam kejawen.

Masyarakat Jawa mengartikan Islam kejawen merupakan segala yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa dan konsep kepercayaan dalam agama Hindu-Buddha yang tercampur menjadi satu dan diakui sebagai agama Islam, dan agama dan agama Islam masuk dengan cara baik dan bijak memadukan budaya dalam perspektif ajaran islam yang dibawa oleh walisongo sebagai peran besar ajaran islam diwilayah Jawa sehingga sampai sekarang ini masih berbau budaya meskipun mayoritas baragama Islam.

Masyarakat mayoritas beragama Islam secara keseluruhan, akan tetapi agama Islam sudah masuk sebagai agama orang Jawa, namun ada juga yang masih memegang teguh dan masih kuat adalah aliran kejawen sebagian orang Jawa, yang mana aliran ini dikategorikan sebagai suatu budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam, karena budaya ini masih menampilkan perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti percaya terhadap adanya kekuatan lain selain kekuatan Allah SWT.

Sikap toleran dan akomodatif oleh orang Jawa terhadap kepercayan dan budaya baru tersebut disatu sisi membawa dampak negatif, yaitu sinkretisasi dan mencampur-adukan antara Islam disatu sisi dengan kepercayaan-kepercayaan lama dipihak lain. Namun aspek positifnya, ajaran-ajaran yang disinkretiskan tersebut telah menjadi jembatan yang memudahkan masyarakat Jawa dalam menerima Islam sebagai agama mereka yang baru.

Pertemuan antara agama asli Jawa dengan agama-agama baru menghasilkan pola pemahaman yang khas dalam agama Jawa. Agama Jawa bereaksi dengan cara menerima akulturasi budaya, dan selektif terhadap tradisi dan agama baru, sepanjang itu menguntungkan.

Yang dimaksud agama Jawa di sini adalah agama asli Jawa (kapitayan) sebelum masuknya agama lain, dan Islam kejawen. Agama Jawa ini cara hidupnya lebih dipengaruhi oleh tradisi Jawa pra-Islam, seperti animisme, dinamisme, Hindu, Buddha, dan Kristen.

Jawa yang secara kultural masyarakatnya terdiri dari pemeluk agama yang sedemikian masif itu, dalam alam pikir dan hasrat untuk mencapai kesatuan mutlak tetap mempertahankan eksistensi penghayatannya dalam dua dimensi, atau dua arah yag tidak disamakan. Seperti; adanya pengakuan terhadap tata alam yang menaungi manusia.  Ada kalanya sampai mengganti paham ketuhanan yang transendent, ada kalanya dipegang bersama dengan iman kepada Tuhan yang berpribadi atau imanen.

Cara berfikir masyarakat Jawa terkadang bersifat mendua, ambivalen (bercabang dua yang saling bertentangan) dan ambigu ini, berkaitan erat dengan cara pandang atau world view mereka terhadap Tuhan, alam, dan manusia. Dimana cara pikir mereka diarahkan oleh perkembangan kondisi antropologi.

Arketipe pemikiran ini oleh para ilmuan disebut dengan dualisme. Dualisme dipahami sebagai yang memiliki dua prinsip saling bertentangan. Dualisme ini mengemukakan sepasang istilah yang mempersoalkan antara Tuhan dan dunia, yang wajar dan yang ghoib, badaniah dan rohaniah.

Dualisme, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan dualism adalah pandangan filosofis, khususnya dalam metafisika yang mengatakan bahwa materi dan roh sama-sama menjadi hakikat dari realitas meskipun pada akhirnya hubungan antara materi dan roh tersebut tidak dapat dijelaskan.

Istilah dualisme berasal dari bahasa Latin “duo” yang artinya dua. Dualisme adalah pandangan yang mengakui adanya dua substansi yang masing-masing berdiri sendiri dan terpisah satu dengan yang lainnya.

Masyarakat Jawa di era modern saat inipun masih ada yang memegang budaya khas suku Jawa yang dahulunya hidup berdampingan dengan alam, mistis baik animisme dan dinamisme, setelah itu dipengaruhi agama baru. Bahkan desa sayapun yakni Desa Pekuwon, Rengel, Kabupaten Tuban masih ada corak budaya lama  seperti halnya orang yang habis meninggal harus didoakan selama 7 hari berturut-turut sampai pada 100 haripun masih didoakan dengan cara budaya yang unik.

Tidak kalah pula uniknya masyarakat Jawa ketika panen hasil dari sumber alam yakni hasil pertanian sebagai profesi masyarakat, ditandainya masyarakat melakukan budaya syukuran atau berdoa dengan bacaan islami sebagai bentuk wujud syukur atas diberikan kelancaraan rizki dari Allah SWT dan membagikan hasil panen kepada masyarakat sekitar atau tetangga.

Masyarakat Jawa memang unik meskipun mayoritas beragama Islam tetapi masih membawa budayanya dengan cara budaya tersebut di filtering dengan ajaran Islam sehingga menggunakan ajaran Islam tanpa menghilangkan budaya setempat.

Daftar Pustaka

Abdullah, Irwan, et.al., (ed). Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.
Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 1995.
Al-Faruqi, Ismail Raji, Tauhid, terj. Rahmani Astuti, Penerbit Pustaka, Bandung, 1988.
Ali, A. Mukti, Agama-agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988.